20 - kontradiksi

3.2K 401 93
                                    

"Ryu- astaga, lo asli bikin gue panik," dua piring nasi goreng di atas nampan yang sedang dibawa oleh Denise hampir saja akan tumpah ketika ia terkejut mendapati Ryuna sedang di balkon kamarnya dengan sebatang rokok terselip di antara jari telunjuk dan jari tengah Ryuna.

Setelah mengamankan kedua piring makanannya tadi, Denise tanpa ragu bergegas menghampiri posisi Ryuna lalu menyingkirkan batang nikotin yang masih utuh dan belum dibakar milik sahabatnya tersebut, "sini, rokok lo gue ambil!"

Sang pemilik tak bereaksi apa-apa ketika Denise merebut rokok di tangannya. Bahkan ketika Denise mematahkan batang nikotin itu depan matanya, Ryuna tak bereaksi. Ia masih melamun dengan pandangan kosong.

Nampak luar, Ryuna memang terlihat normal. Baju tanpa lengan dilapisi luaran cardigan rajut masih rapi membalut tubuhnya, rambutnya masih rapi dan cetar seperti bagaimana tatanan rambut kebanyakan cewek jaman sekarang, alisnya masih on point, tidak ada yang aneh. Namun, hanya ia dan Denise yang tahu betapa kacau isi kepalanya sekarang.

"Ryu, makan dulu," ucap Denise lagi, sembari memandangi Ryuna dengan penuh rasa khawatir. Ia ajak Ryuna untuk masuk ke dalam. Denise parno sendiri melihat Ryuna dalam keadaan seperti sekarang berdiri di dekat pembatas balkon kamarnya seperti barusan.

Kalau Ryuna nekat, Denise harus bagaimana?

Denise tahu, Ryuna pasti sedang kacau balau. Jangankan Ryuna, Denise pun sama bingung dan kagetnya mendengar apa yang dokter katakan.

Berita kehamilan, terlepas dari apapun situasinya, akan selalu menjadi berita yang besar, bukan? Karena, semua orang setuju kalau kehamilan adalah awal perjalanan dari terlahirnya sebuah kehidupan baru yang kelak akan menjadi 'seseorang'.

Ryuna dan Denise paham konsep itu. Konsep bahwasanya janin, terlepas dari seberapa muda usianya, tetap adalah nyawa. Nyawa yang berharga dan sudah sepatutnya dijaga.

Terlebih lagi, mereka sama-sama seorang perempuan dan tentunya juga seorang putri dari sosok ibu yang telah memberi mereka 'kesempatan' sehingga mereka bisa tumbuh dengan baik sampai sekarang ini.

Namun, kalau kondisinya serumit ini, apakah tersedia pilihan lain untuk diambil selain mempertahankan janin?

"Den, gue harus gimana..." ke sekian kalinya lirihan pertanyaan itu keluar dari mulut Ryuna.

Takut, bingung, kecewa, terkejut, semua melebur jadi satu.

Padahal, baru saja lusa kemarin ia lega selega-leganya mendengar bahwa rencana perjodohan dengan Robert batal. Dan pagi tadi, suasana hatinya masih cukup baik karena rencananya, ia akan thrift shopping bersama Denise seharian ini.

Sampai akhirnya, saat mendatangi Denise di kediamannya, Denise mengeluh mengenai keram datang bulan yang sedang ia alami. Dari keluhan spontan Denise tersebut, Ryuna baru menyadari kalau dirinya belum mendapatkan tamu bulanan. Padahal, biasanya jadwal Ryuna selalu lebih cepat dua atau tiga hari dari jadwal Denise.

Sempat Ryuna berpikir bahwa bisa saja ia hanya kelelahan, makanya siklusnya agak kacau. Hanya saja, topik mengenai penangkapan Robert belum lama ini secara otomatis mengingatkan Ryuna juga akan kejadian di pesta Leo.

Setelah mengingatnya, sulit bagi Ryuna untuk tenang. Agenda sepasang sahabat tersebut yang awalnya hanya untuk thrift shopping pun harus digeser beberapa jam demi menemani Ryuna untuk memeriksakan diri.

Siapa duga, hasil pemeriksaan dari dokter membuat agenda mereka harus benar-benar batal. Dan kini, keduanya sudah kembali ke kediaman Denise.

Karena tidak mungkin bagi Ryuna untuk pulang ke rumahnya sendiri sekarang, tidak ketika ia sendiri masih dalam keadaan amat tergoncang. Denise juga tak akan nekat membiarkan Ryuna sendirian dengan kondisi begini

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang