Seseorang, tolong ingatkan Ryuna untuk selalu melakukan briefing terlebih dahulu sebelum memutuskan berbohong. Apalagi, membohongi pemuda yang kini sudah resmi menjadi suaminya.
"Ryu, lo habis dari mana? Gue tadi samperin ke audit, tapi cuma ketemu Denise, dan dia bilang lo gak ada janjian sama dia di situ." Nada bertanya Darren barusan masih terdengar cukup sabar untuk hitungan seorang suami yang baru saja berhasil membongkar kebohongan sang istri.
Duh, tau gini tadi gue gak usah basa basi ngomong latihan Denise lama segala macem pas sampe tadi! Dumel Ryuna dalem hati.
Kebohongannya memang tak terencana dengan matang karena ia pikir Darren tak akan menyusul ke auditorium setelah ia sudah dengan jelas memberitahu bahwa ia akan bersama Denise di sana. Seandainya saja ia bekerja sama dengan Denise untuk membantunya mencari alasan. Sayang, Denise tak mungkin mau membantu jika tau ia akan pergi menemui Laura.
"Tadi lo nyusulin gue ke audit?" Daripada menjawab, Ryuna lebih memilih mengulang pertanyaan yang sudah jelas jawabannya itu.
Serius, tidak ada seorangpun mau pulang ke rumah dalam situasi tak mengenakan dengan sosok yang akan tiap hari dan seumur hidup akan ditemui, termasuk Ryuna.
"Iya, gue pikirnya nanti kita balik bareng aja, sekalian mau ajakin lo ke IKEA sebentar buat belanja beberapa keperluan di kamar kita," jawab Darren sembari membantu Ryuna membuka sepatu setelah ia melihat sang istri nampak agak kesulitan –meski perutnya sendiri belum sebesar itu.
Kini, Ryuna sudah tinggal bersama Darren dan Leo di penthouse yang selama ini ditempati kedua kakak adik tersebut. Mami akhirnya merelakan kamar utama di mana biasa ia tidur jika berkunjung untuk ditempati pasangan baru itu.
Meski awalnya kedua pihak orang tua Darren dan Ryuna sangat menginginkan mereka untuk tinggal di rumah Ryuna di mana Mama bisa ikut bantu menjaga sang putri, namun belum runtuhnya tembok transparan dalam hubungan Ryuna dengan sang Papa membuat Ryuna bersikeras supaya dapat tinggal di tempat Darren saja.
Dengan dalih tak mau memicu stress dan tekanan, keinginan Ryuna terkabul, dengan syarat, Ryuna akan kembali ke rumah orang tuanya, bersama dengan Darren ketika kandungan sudah memasuki akhir dari trimester kedua.
"Gue tadi ketemu orang," jawab Ryuna seadanya.
"Siapa? Kenapa harus sampe nutupin dari gue dan Denise?" Darren mungkin tak akan terlalu heran jika saja Ryuna tak ikut membohongi Denise.
"O-orang dari agensi. Lo ingetkan kiriman karangan bunga kemarin di nikahan kita? Salah satunya ada dari mereka yang pengen gue sign contract under their management."
"Mereka kenapa gak hubungin ke nomor lo yang dipegang Denise? Yang lagi di lo itu kan nomor gue."
Skakmat! Ryuna tidak tau mengapa ia sekarang jadi payah berbohong. Dulu ia tidak begini.
"Ryu? Mau jujur ke gue sekarang atau kita bahas nanti aja?" Tak mau terlalu menekan Ryuna–meski sejujurnya, ia agak kecewa. Darren memilih untuk memberi Ryuna pilihan.
"G-gue tadi ketemuan sama Laura," jawab Ryuna membongkar apa yang coba ia tutupi.
"Dia ngajak lo ketemuan? Buat?"
Ryuna menggeleng sekilas,"yang mau Laura ajak ketemu itu elo, tapi karena handphone lo lagi di gue, jadi pesannya dia kebaca dan gue mutusin buat pergi sendiri nemuin dia."
Darren diam, sedangkan Ryuna sekarang tak berani menatap wajah Darren secara langsung. Ada rasa bersalah sekaligus kekhawatiran yang merambat dalam hati Ryuna.
"Lain kali jangan begitu, tell me when I have the right to know."
Iya, gue tau. Tapi, bayangin lo bakalan tatap muka lagi sama Laura dan bicara sama dia, somehow bikin gue takut, Ren. Batin Ryuna yang mengakui bahwa keputusan menemui Laura seorang diri itu memang cukup nekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK
RomanceWARNING 21+ 🔞 Tentang Darren Gautama, mahasiswa biasa yang menjalankan hidupnya dengan biasa saja. Bagi Darren, dirinya hanyalah seorang figuran dalam panggung kehidupan. Tapi tak apa, selama semuanya berjalan lancar, ia tidak pernah berharap menja...