8 - perusak pagi Darren

3.8K 450 151
                                    

H-3

.

.

.

.

.

.

.

Berangkat ke kampus dengan mobil tanpa harus terpapar terik matahari pagi dan polusi memang nyaman. Tapi kalau bisa berboncengan di atas motor vespa bersama orang yang disuka tentu tidak kalah menyenangkan. Meski memang tak senyaman bila naik mobil, Laura tidak merasa keberatan sama sekali.

Contohnya pagi ini, Darren tumben-tumbenan memutuskan untuk menjemputnya di rumah. Kata Darren mumpung hari ini ia tidak bangun di waktu yang berdesakan dengan jam pertama jadwal ujiannya, jadi ia bisa sempat untuk menjemput Laura dulu.


"Ren, Leo bakalan ngadain party di tempat kalian berdua tinggal. Kamu gak apa-apa?" tanya Laura pada lelaki yang entah sudah menjadi kekasihnya apa belum itu. Cewek ini tahu persis kalau Darren tidak suka dengan kebisingan pesta, makanya ia bertanya barusan.

Suara angin di sekitar mereka mau tak mau membuat Laura agak berteriak saat menanyakannya. Tidak nyaman, tapi Laura suka. Ia dan Darren berboncengan dalam posisi berdekatan seperti ini adalah hal yang manis.

"Mami uda kasih ijin jadi gak apa-apa. Leo juga harusnya tahu batasannya sampai mana," sahut Darren.

"Kamu diajakin juga kah? Leo sama kamu sekelas kan pas di semester satu?" lanjut Darren dengan sebuah tanya.

"Nako sih yang ajakin aku, tapi aku skip. Ada schedule hari itu, padahal aku mau banget join. Itu kan pas hari terakhir jadwal ujianku kebetulan. Uda pas banget kalau malamnya party, tapi ya gimana," ungkap Laura.

"Jangan kecapean, karir kamu penting tapi kesehatan juga jangan dilupain," nasehat Darren.

"Padahal pengen dateng, Ren. Sekalian bisa tengok tempat kamu tinggal terus kalau nanti the party is getting boring, aku bisa kabur ke kamar kamu," ungkap Laura menyesali ketidakhadirannya.

"Hahaha, kalau party aja bisa bikin kamu boring apalagi kamar aku yang gak ada apa-apa. Emang kamu mau main DOTA selagi teman-teman kamu seru-seruan di lantai bawa?" Darren tertawa ringan mendengar penuturan Laura.

"Yah kan ada kamu nanti! Kita bisa ngobrol atau nonton. Bisa quality time," rengek Laura.

"Hahaha, kapan-kapan ya aku ajak," sahut Darren.

Laura kalau sudah merengek manja memang menggemaskan.

Perjalanan mereka berlanjut dalam obrolan-obrolan hangat. Siapa yang akan sangka kalau perempuan sekelas Laura bisa dibuat bahagia dengan kegiatan sesederhana percakapan di atas jok motor begini.

Darren Gautama nyatanya memang punya pesona dibalik semua kesederhanaannya.

•••

Setelah berpisah dari Laura yang harus menemui temannya di gedung kampus lain, Darren kini melangkah menuju lift yang akan menghantarnya ke ruang kelas dimana ujian akan dilaksanakan. Jemin sudah tiba duluan jadi Darren tak harus menunggui sahabatnya yang satu itu.

Darren pikir ia akan sendiri di lift pagi itu, tapi saat pintu lift akan tertutup seorang perempuan nampak terburu-buru ikut masuk bersama Darren. Tapi bukan itu yang menarik perhatian Darren, melainkan jaket yang dipakai perempuan tersebut.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang