"Mi, kok Mami sendiri? Leo mana?" jam delapan di Minggu pagi itu, Darren masih dengan rambut kasur dan muka bantalnya menyambut ketibaan Mami.
"Mami pulang sendiri dianterin supir Om Larry. Leo masih di hotel, nanti siang lanjut mau cabut sama Ryan dan Ningsih katanya. Kamu ikut gih nanti, main sama sepupu," tutur Mami sambil menaruh beberapa bawaannya di meja dapur. Tampaknya Mami membelikan Darren sedikit makanan untuk sarapan.
"Serius Leo gak balik?"
"Iya, kamu ada perlu sama dia?"
"Uda bangun belum tapi, Mi? Ada yang mau aku tanyain ke dia soalnya," terang Darren dan dibalas dengan gelengan kepala Mami.
"Uda, Ren. Kamu sikat gigi, cuci muka terus sarapan dulu. Urusan sama Leo bisa nanti," ucap Mami mengusir putra angkatnya untuk segera membersihkan diri.
"Tsk, Ini siapa yang bisa gue mintain kontaknya Ryuna coba?" gerutu Darren dalam hati seiring dengan langkahnya menuju kamar mandi di kamarnya sendiri. Tapi belum sampai ke tujuannya, Mami dari lantai dasar berseru, "Ren, ini sikat gigi siapa? Kok Mami gak pernah liat sebelumnya?"
Ah, itu sikat gigi yang Ryuna pakai semalam. Mami Darren memang teliti, kenapa Darren ceroboh dan lupa membuangnya?
"Gak tau, Mi. Buang aja, mungkin punya salah satu temen Leo atau temenku yang sempet nginep disini," Darren menyahuti seruan Mami juga dari jarak jauh. Dalam hatinya, Darren meminta maaf karena sudah membohongi Mami.
Darren kembali dengan kekalutannya.
Ryuna yang kemarin malam ia tolong dan menginap di tempatnya ini tiba-tiba saja sudah tidak ia temukan lagi tadi pagi. Ranjang kamar Darren yang ditempati Ryuna semalam sudah dalam keadaan rapi.
Tidak ada pesan atau keterangan apapun yang Ryuna tinggalkan untuk Darren. Maka dari itu, Darren entah harus bersyukur atau panik sekarang. Bersyukur karena setidaknya, Mami yang ternyata pulang pagi tidak akan berpas-pasan dengan Ryuna maupun mendapati Darren mengajak seorang perempuan bermalam berduaan disana.
Tapi Darren tetap saja tidak tenang. Ingatan semalam kembali terputar di benak Darren.
"D-Darren, g-gue t-takut," Ryuna berucap dengan suara sarat akan perasaan panik. Tubuh Ryuna yang merengkuhnya malam itu terasa kaku.
"Ryuna, gue masih disini sama lo," Darren membalas dengan suara yang lebih tenang setelah paham dengan situasi sebenarnya.
Perlahan, ia elus punggung perempuan dalam rengkuhannya tersebut, berusaha menawarkan sedikit ketenangan. Namun, suara petir kembali menyentak Ryuna dalam keterkejutan.
"Ryu, fokus sama suara gue, gue gak kemana-mana, okay?" Darren membisikkan perkataan tersebut pada Ryuna.
"Ikutin gue dan fokus ke suara gue, tarik nafas lo dan hembusin pelan-pelan," setelah berkata begitu, Darren menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, mengajak Ryuna untuk meniru yang sedang ia lakukan sembari terus mengulangi intruksi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK
RomanceWARNING 21+ 🔞 Tentang Darren Gautama, mahasiswa biasa yang menjalankan hidupnya dengan biasa saja. Bagi Darren, dirinya hanyalah seorang figuran dalam panggung kehidupan. Tapi tak apa, selama semuanya berjalan lancar, ia tidak pernah berharap menja...