33 - I hope so

2.8K 415 78
                                    

"Halo, saya Papinya Darren. Benar ini dengan Nak Ryuna?"

Darren hanya dapat menelan ludah dengan perasaan cemas ketika mendengar sapaan Papi untuk Ryuna di seberang sana.

"Om sudah dengar dari anak Om mengenai situasi kamu dan dia. Benar kalau Nak Ryuna sedang mengandung anak dari Darren?"

Papi menghela nafas berat mendengar konfirmasi yang ia terima.

"Terus, kondisi Nak Ryuna sendiri bagaimana sekarang?" tanya Papi pada Ryuna sembari memijit dahi dan menatap tajam ke arah Darren.

Yang ditatap hanya dapat menunduk seperti orang bodoh. Pasrah dengan perasaan bersalah dan malu, tak bisa melakukan apapun.

Papi memang sosok tegas dan sangat rasional. Dari Papi, Darren belajar banyak perihal tidak membuang waktu meladeni masalah-masalah yang tak perlu. Tapi, pada akhirnya memang tak akan ada kehidupan tanpa permasalahan, bukan?

Dan lagi, Darren salut melihat Papi masih bisa memegang kendali atas emosinya. Darren tahu, Papinya kini sedang menahan amarah dan rasa kecewa yang teramat. Kepalan tangan dan wajah Papi yang memerah adalah bukti yang cukup untuk menguatkan asumsi Darren.

"Oh, bagus kalau Nak Ryuna dan janin sehat, Om lega. Tapi, orang tua Nak Ryuna apa sudah tahu?" Papi masih melanjutkan proses interogasi.

"Dan respon mereka?"

Ada jeda untuk beberapa saat hingga akhirnya Papi menghela nafas kembali dan berkata, "begini Nak Ryuna, Om telepon dan tanya-tanya seperti ini karena Darren masih anak Om dan tanggung jawab Om. Sebagai orang tua, Om perlu tau beberapa hal supaya masalah yang anak Om timbulkan gak semakin melebar dan bisa ditemukan solusinya. Begitu juga orang tua Nak Ryuna."

"Masalah kalian memang rumit, dan justru karena rumit makanya Om dan orang tua Nak Ryuna perlu ikut campur tangan. Mereka pasti sama kecewanya sama Om, tapi Nak Ryuna tetep anak mereka," Papi melanjutkan nasihatnya.

"Sekarang begini saja, Nak Ryuna yang penting jaga kesehatan diri, habis itu kabari orang tua Nak Ryuna. Tolong sampaikan pada mereka juga kalau Darren akan bertanggung jawab dan datang menemui mereka secepatnya," ucap Papi tegas menutup penuturannya.

"Minta maaf sama orang tua kamu, Nak. Yang bertanggung jawab atas kekecewaan Om adalah Darren, bukan kamu," sekali lagi, tatapan tajam Papi kembali menusuk sang putra.

"Iya, baik-baik di sana, Nak," setelah beberapa obrolan kecil, demikian Papi mengakhiri interogasi dan perbincangan teleponnya dengan Ryuna.

Setelah itu, Papi mengembalikan ponsel Darren yang ia gunakan tadi pada sang pemilik.

Kecanggungan dan rasa tegang kini menyelimuti situasi di sana. Hanya isakan Mami yang masih terdengar sementara Papi diam seribu bahasa. Ia terlihat berusaha menenangkan diri dulu setelah mengobrol langsung dengan Ryuna barusan.

"KAMU MIKIR APA HAH, REN?! LANCANG BANGET KAMU NIDURIN ANAK ORANG LAIN!" bentakan tiba-tiba dari Papi menyentak Darren, bahkan tangan Papi sudah ancang-ancang akan dilayangkan ke wajah sang anak. Mata Papi melotot sampai agak memerah dan berair. Bisa dibayangkan sekecewa apa perasaan Papi.

"Kok ya bisa loh, Ren? Kamu bukan anak yang kayak gitu kok, Mami kenal kamu," Mami menimpali.

Darren memang memutuskan untuk tak menceritakan bagaimana kejadian sebenarnya antara ia dan Ryuna. Ia tak mau Leo jadi ikut terseret nantinya. Bahkan bukan hanya Leo, Mami bisa turut dimarahi Papi mengingat Mami lah yang memberikan izin untuk Leo mengadakan pesta malam itu.

Dan sekali lagi, pada akhirnya semua sudah terlanjur terjadi.

"Waktu masih di Singapore, kamu gak pernah bikin masalah! Sekarang sudah balik ke Indonesia dan sudah Papi kasih kepercayaan buat stay sendiri, kenapa kamu malah main gila, hah!?" Papi masih menyemproti Darren dengan amarah.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang