22 - tamu tak diundang

3.1K 428 132
                                    

"Kak Kelly, may I talk to you?" pertanyaan amat random itu ditanyakan Laura pada Kelly, sang manajer.

Kelly yang sebelumnya sedang fokus dengan iPadnya seketika mengernyitkan dahi mendapati Laura menghampirinya. Ia sudah lama menemani Laura menghadiri jadwal di sana sini, mereka sudah seperti kakak beradik. Dan mengenal Laura setelah sekian lama, ia tidak akan kaget jika saja Laura akan melemparkan beberapa pertanyaan kurang penting padanya.

"Kamu kenapa, hah? Got any problem from one of your random boys?"

"Ih kak! Pertama, I'm not playing around with boys, they're suck. Kedua, Darren is not part of that 'random boys' kayak yang kakak bilang," bela Laura.

"Ah, so it's about that Darren boy? What did he do, huh?" Kelly itu punya kedekatan lebih dengan Laura, jadi bukan hal mengejutkan jika ia tau mengenai hubungan Laura dan Darren. Justru Kelly itu selalu jadi tempat Laura mencurahkan segala isi hati dan keluhannya pada Darren.

"Aku tuh ngerasa he's not being himself belakangan ini. Y-ya gak tau sih apa karena aku yang uda kelewatan sempet nyuekin dia selama hampir seminggu kemarin atau ada hal lain," ungkap Laura mengawali ceritanya.

Sesi curhat usai menyelesaikan sesi pemotretan di ruang rias seperti pagi ini memang salah satu hal yang membuat Laura bisa betah menjalani jadwal padatnya. Kak Kelly selaku manajer sungguh mendampingi Laura selayaknya kakak dan sahabat sehingga Laura jarang sekali merasa kesepian di tengah jadwal sibuknya.

"Dia ngapain sampai kamu nyuekin dia kemarin?"

Pertanyaan Kelly barusan membuat Laura melirik ke arahnya dengan tatapan ragu-ragu takut. Oh astaga, apa harus ia ceritakan?

"Promise me that you won't judge me ya, Kak," pintah Laura.

"We'll see, ceritain dulu makanya," sahut Kelly enteng.

"W-we kissed."

"That's it?" Kelly sampai heran sendiri. Apa yang salah dengan ciuman? Kelly tahu kalau Laura tidak sepolos itu sampai sebuah ciuman bisa menjadi sebuah masalah.

"N-no, dengerin dulu," Laura menghela nafasnya sebentar sebelum kemudian melanjutkan, "We kissed. It's like our first real kiss selama kurang lebih sebulan kita pacar-"

"Hah? Is your Darren gay or what? Uda sebulan pacaran tapi baru ciuman sekali?" Kelly yang dasarnya memang blak-blakan tak menyembunyikam rasa herannya.

"No, he's straight! Ya gak literally ciuman sekali sih kak, biasanya kalau ketemu adalah kecup-kecup dikit tapi ya gak pernah yang sampe deep kiss with a tounge gitu," jelas Laura.

Jangan kaget jika Laura bisa seterbuka ini pada Kelly. Justru ia bersyukur memiliki sosok seperti Kelly yang bisa membuatnya senyaman ini menceritakan apapun. Dari masalah hati hingga masalah seksual, Laura sudah punya Kelly yang bisa mengarahkannya dengan amat baik.

"Then? Ada masalah apa dengan your first real deep kiss with him? Is he a terrible kisser? Nafas dia bau?"

"Hahahah, gak gitu Kak Kell! If he has a stinky breath, I would know it from the beginning though," tawa Laura, terhibur dengan asumsi Kelly barusan

Laura kemudian melanjutkan ceritanya mengenai apa yang terjadi antara dirinya dengan Darren waktu itu. Tentang bagaimana Darren menghentikan aktivitas mereka secara tiba-tiba dan langsung pamit pulang dengan berdalih mengkhawatirkan Leo, sang adik.

"Sebentar, but does he even love you at the first place?" pertanyaan itu Kelly lontarkan saat Laura mengusaikan ceritanya.

Laura tak kaget mendengar pertanyaan Kelly barusan. Dipikir-pikir memang selama ini hanya Laura yang lebih menginisiasi banyak hal di hubungan mereka.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang