47 - is revealed

3.5K 401 106
                                    

Darren tak menduga kalau pembicaraan dengan Laura akan berjalan sealot ini.

Sama sekali tak terlintas di pikiran Darren kalau Laura akan bebal memintanya untuk berbaikan dan kembali bersama.

"Laura, lo kenapa jadi begini?" Darren membatin sembari memandang Laura dengan tatapan nanar bercampur iba.

Laura yang ia kenal adalah perempuan dengan rasa percaya diri yang baik. Pertemanan, reputasi, prestasi, semuanya Laura miliki. Ia amat bersinar, dan ke manapun ia pergi, siapapun dapat merasakan kehangatannya. Banyak orang menyayangi Laura. Bahkan, Darren yakin kalau sudah ada beberapa pemuda yang pasti mencoba mendekati perempuan itu.

Intinya, dengan semua yang Laura miliki, ia hampir tak memerlukan Darren sama sekali di sisinya, benar 'kan?

Tapi kenapa ...

"Kamu gak boleh gini, Ren. Kamu gak boleh tinggalin aku," racau Laura dengan derai air mata dan tatapan memohonnya.

"Laura, berhenti."

"Gak mau, gak bisa, kamu gak bisa maksa aku buat perjuangin hubungan kita! Aku, aku sayang sama kamu, Darren! Aku harus gimana biar kamu paham?"

"Laura, gue sebenernya gak mau bahas ini ..."

Darren mengeratkan kepalan tangannya di atas meja.

"Gue paham lo merasa dikhianatin dan lo berhak seberhak-berhaknya maki-maki gue. Tapi gue gak paham kenapa lo ngotot banget buat nerusin hubungan yang gak bener-bener tulus lo jalanin dulu?"

Darren dapat melihat sekelibat binar keterkejutan di mata Laura yang masih bergenang air mata.

"Kamu sinting ngomong begitu? A-aku gak tulus kamu bilang?" Entah perasaan Darren saja, atau memang nada bicara Laura mulai terdengar meragu.

Sesungguhnya, Darren tidak mau membahas hal yang akan ia ungkapkan setelah ini. Ia sudah berjanji akan menguburnya seakan ia tak pernah mengetahuinya.

Andai saja situasinya tidak seperti ini.

"Unexpected banget ya, Sis. Lo maunya sama Ben, eh malah end up sama orang yang awalnya cuma mau lo jadiin jembatan, hahaha!" Meski samar, ucapan salah seorang teman Laura dari balik pintu ruang talent masih terdengar oleh Darren.

Malam itu adalah malam ketika Darren mendatangi lokasi shooting Laura yang jauh dengan hati yang berat dan berkecamuk karena harus mengakhiri hubungannya dan Laura.

Siapa sangkah, inisiatifnya itu justru membawanya mendengar sebuah kebenaran baru.

"Hah? Siapa tuh Ben? Ini maksud omonganmu tadi apaan?" Sahutan itu terdengar dari penghuni lain di ruangan tersebut.

"Ada, Benjamin namanya. Kakak tingkat inceran si Laura pas masuk kuliah. Lucu anaknya, asik," puji sang pemilik suara yang tak Darren ketahui identitasnya.

"Nat, udah deh ah! Kak, gak usah didengerin si Natty," selak Laura, menghentikan Natty bercerita lebih lanjut.

"Ish, justru aku udah keburu kepo! Lanjut, Beb!"

"Nah, sayangnya Ben ini udah ga single, Sis. Tapi dari pada hilang kesempatan, sembari nunggu Ben putus, ya Laura cari cara biar bisa deket sama Ben tanpa harus jadi pelakor. Ya, ibaratnya nyari posisi biar once Ben breaks up with his girlfriend, Laura sudah ready nih, gitu. Cuma 'kan gak mungkin dong Laura ajak kenalan cowo orang, jadi Laura deketinnya sahabat si Ben alias si Darren buat, ya bisalah diajak nongki bareng dan dikenalin sama Ben, terus nanti temenan, set sat set jadian. Eh plot twist, sekarang malah Laura jadiannya sama Darren." Darren dan seisi ruangan itu mendengar penuturan Natty.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang