37 - she knows

3.1K 459 103
                                    

Hari-hari berlalu sejak hari pertemuan yang agak kacau di kediaman Ryuna waktu itu. Belum genap seminggu, namun rasanya sudah banyak hal berubah, setidaknya bagi Ryuna.

"Ma,  Pa, Ryuna berangkat dulu."

"Sarapanmu belum habis itu, Nak," Mama menegur. Semenjak hari kepulangannya, ia tak pernah melihat sang putri menghabiskan makanan di rumah. Apa Ryuna tidak khawatir dengan kandungannya?

Ryuna hanya menggelengkan kepala, melirik makanan di hadapannya dengan ekspresi tak menyenangkan, "gak nafsu lagi, perutku mual liatnya."

"Kamu kapan mau periksa kandu-"

"Ekhem, Papa mau buru-buru ke kantor. Mama masih lama kah?" pertanyaan Papa yang memotong pertanyaan Mama membuat suasana seketika canggung. 

Terutama untuk Ryuna.

Maka tak heran, setelahnya Ryuna langsung beranjak pergi dari meja makan tersebut. Pulang ke rumah tak membuat semuanya membaik. Papa masih tak sudih menatap Ryuna dan sialnya, Ryuna paham posisi Papa sehingga iapun tak bisa menyalahkan Papa.

Lebih baik ia segera ke kampus saja dan segera bertemu dengan Denise.

Tapi, sesampainya di kampus Ryuna justru mendapati celotehan Denise yang membuat kepalanya jadi agak sakit.

"Lo harus mundur dan serahin tugas lo ke Karen, makin lama bakalan makin padet urusannya, Ryu."

Ryuna memutar bola matanya mendengar bujukan Denise. Di pentas teater untuk tugas akhir salah satu mata perkuliahannya semester ini, Ryuna memang memegang tanggung jawab yang cukup besar sebagai Choreographer. Tapi, sudah hampir sebulanan ini sang wakil, Karen yang menanganinya karena seperti yang kita tahu, Ryuna sedang sibuk dengan banyak hal.

"Ajak Sir Theo ketemu deh, biar sama-sama enak sama anak-anak kelas," tambah Denise.

"Kasih alasan apa ya, Den? Gue lagi mikirin itu dari tadi," jawab Ryuna di tengah kegiatannya memakan lahap bubur ayam yang ia sempat titip ke Darren tadi. Ryuna memang sering tak menghabiskan makanan di rumah, tapi kalau sudah di luar, Ryuna selalu memastikan untuk makan cukup. Tentu saja dibantu dan dibayar Darren, itukan salah satu tanggung jawabnya walau masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

"Bilanglah lo mau urus nikahan lo."

"Mana bisa, kalau anak-anak kelas pada tau, gimana?"

"Emang gak bakalan bisa lo tutupin sih, Ryu. Serius. Lo berencana diem-diem terus ketahuannya justru bukan dari mulut lo langsung? Bisa makin nimbulin omongan, percaya deh sama gue. Matkul Public Relations gue pas semester 1 kemarin dapet  A, jadi gue tau cara avoiding crisis yang paling tepat," dDenise meyakinkan Ryuna dengan sedikit menyelipkan pencapaian tak terlalu berartinya, berharap itu bisa semakin membujuk Ryuna untuk mau menurut.

"Toh, lo kan gak bilang lo hamil, itu yang terpenting," tambah Denise lagi.

Ryuna benci mengakui kalau perkataan Denise ada benarnya juga. Akan jauh lebih mencurigakan jika teman-temannya yang lain mendapat berita pernikahannya secara tiba-tiba. Ditambah, urusan dengan Sir Theo itu hal yang tak bisa ia hindari.

Kalau begini, Ryuna berharap ia hanya berteman dengan Denise seorang saja.

"Temenin gue ngomong deh ke Sir Theo, terus buat anak-anak kelas..."

"Lo drop aja foto pre-wed lo sama Darren ke IG, nanti group juga rame," dengan santai Denise memberikan solusi.

"Eh, Laura gimana anjir? kalau dia tau?"

"Dia udah putus sama Darren, udah bukan urusan dialah," Denise masih kekeuh dengan pendiriannya. Bukannya mau memaksa Ryuna, namun sesuatu yang ditutup-tutupi biasanya akan semakin merepotkan di ujung. Untuk yang satu itu, Ryuna setuju.

STUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang