14. Cerita Lainnya

19.5K 2.7K 235
                                    

14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14. Cerita Lainnya

Saat tiba di rumah, Balin cepat-cepat menuju dapur, membuka kulkas lalu mengambil es batu. Ia mengompres luka lebam pada wajahnya, minimal luka itu tidak terlalu terlihat.

Balin berjongkok di depan kulkas yang masih terbuka. Merasa bosan, ia mengambil susu kotak punya Yona lalu meminumnya. Setelah habis, ia taruh lagi di dalam kulkas, tinggal menunggu reaksi Yona jika tahu susu kotak itu telah kosong.

"Tuan lagi apa?" tanya Bi Oya, baru saja masuk ke area dapur.

"Coba tebak, kalau benar saya kasih uang satu juta. Kalau salah, Bi Oya kasih uang ke saya dua juta." Balin menjawab dengan candaan.

"Ha ha ha, nggak deh, nggak ada uang." Bi Oya tertawa, rugi sekali pikirnya jika nanti kalah, karena memang tidak mungkin menang.

"Saya ke kamar dulu, kalau ibu tanya bilang aja saya belum pulang." Balin perlahan berdiri lalu menutup pintu kulkas itu.

"Kenapa begitu?" tanya Bi Oya, heran.

"Biar nanti ibu kaget saya tiba-tiba ada di rumah. Prank," jawab Balin santai.

"Tidak baik itu Tuan," ujar Bi Oya dengan ekspresi wajah polosnya.

"Ha ha ha." Balin hanya tertawa, cowok itu berjalan pergi. Menaiki anak tangga dengan cepat, namun berjalan santai menuju kamar setelah sampai di lantai dua.

Balin bercermin di kaca kecil yang  tergantung di tembok. Ia melihat lukanya sudah tidak terlalu lebam, hanya saja kulit bibir masih sobek dan ada darah kering.

Tok ... Tok ... Tok ...

Jendela kamar berbunyi karena ketukan. Balin menoleh, ia tahu siapa yang sedang mengetuk jendela itu. Balin berjalan ke arah jendela, membuka tirai berwarna hitam lalu melihat Kaniya ada di seberang sana.

Rumah mereka yang bersebelahan dan letak kamar yang juga bersebelahan hanya berjarak 5 meter. Tadi Kaniya mengetuk menggunakan rotan panjang yang ujung rotan itu ia pasang sarung tinju.

"Tangkap!" Kaniya melempar obat merah ke arah jendela Balin. "Obat luka lo," lanjutnya saat Balin berhasil menangkap obat itu.

"Thank," ucap Balin tersenyum. "Lo sendiri di rumah?" tanyanya.

"Udah biasa kali, mereka kapan peduli sama gue," balas Kaniya terlihat biasa saja, padahal hatinya terasa sakit.

Kedua orangtuanya hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Di rumah pun akan bertengkar jika bertemu, maka Kaniya lebih baik sendiri dengan dunianya dan begitu juga orangtuanya.

Hidup satu atap namun seperti orang asing sudah Kaniya rasakan sejak umur 10 tahun. Sejak ibunya lebih memilih karier dan ayahnya memilih wanita lain.

Menjadi anak tunggal semakin membuat Kaniya menderita, tidak ada saudara yang dapat ia jadikan tempat berbagi cerita. Kaniya bersyukur ia punya sahabat seperti Balin, punya ayah dan ibu Balin yang sudah seperti orang tua sendiri baginya, punya Yona yang sudah seperti adiknya, dan punya Bi Oya yang juga sangat baik padanya.

FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang