FAKE LIFE [END]

30. Bukti Kuat

30. Bukti Kuat

Hari Minggu, hari yang biasa kebanyakan orang digunakan untuk istirahat di rumah. Tapi siang ini, Nara berada di depan rumah Kaniya. Ia mendapatkan alamat rumah Kaniya dari Rani. Nara datang seorang diri walau Rani sempat menawarkan diri untuk menemani, tapi Nara menolak.

Nara harus meluruskan kesalahpahaman serta memperbaiki pertemanan dengan Kaniya. Sudah dua hari mereka perang dingin, Rani sudah berusaha mendamaikan tapi nihil. Kaniya terlalu keras kepala.

Sejak lima menit yang lalu Nara terus menekan tombol bel di dekat pagar serta berteriak memanggil nama Kaniya, namun tak ada yang menyahut. Nara berulang kali menelepon Kaniya, tapi temannya itu mengabaikan.

"Berisik ... Kaniya lagi nggak di rumah!" teriak Balin dari jendela kamar. Ia menatap ke bawah, melihat Nara yang berada di depan rumah Kaniya.

Nara mendongak, "Balin? Lo ngapain di situ?" tanyanya sedikit berteriak agar terdengar.

"Ini rumah gue, mau mampir? Masuk aja," ucap Balin santai.

"Malas!" pekik Nara lalu pergi menuju tepi jalan raya, menunggu taksi online yang sedang ia pesan. Nara memutuskan untuk pulang saja.

Balin segera turun ke lantai bawah, tapi ia berlari kembali menuju kamar. Cowok itu lupa bahwa ia mengenakan celana pendek di atas lutut berwarna pink, dengan gambar kartun Pactrick Star.

Balin terburu-buru mengganti celana dengan celana training berwarna hitam, cowok itu memakai baju kaus putih polos oversize.

Balin bergegas ke luar rumah, ia bernapas lega karena masih melihat Nara. Balin mendekati gadis itu, bersikap santai menutupi rasa lelahnya berlari.

"Jangan ucap janji kalau nggak bisa lo tepati," ujar Balin sudah berdiri di samping Nara.

"Janji apa?" Nara mengernyit, ia rasa tidak ada janji dengan Balin.

"Kata lo hari Minggu ini mau ketemu Ibu gue," ucap Balin sedikit ketus.

"Tapi gue nggak janji," ucap Nara mencoba untuk terbebas dari situasi canggung. Bukan tidak mau bertemu dengan Dokter Lisa, tapi mengetahui rumah Kaniya bersebelahan dengan rumah Balin membuat Nara ragu. Ia takut Kaniya akan salah paham lagi.