24. Mengenal Diri Sendiri

17K 2.4K 160
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


24. Mengenal Diri Sendiri

Nara merapikan rambut yang tergerai, memakai jas almamater Gala High School, tak lupa meraih tas ransel dari atas meja belajar.

Setelah siap untuk berangkat sekolah, gadis itu menghela napas panjang. Tiba-tiba saja ia menjadi gugup.

"Nggak apa-apa, nggak ada yang tahu lo pernah amnesia," ucapnya menyemangati diri sendiri.

Nara berjalan perlahan ke luar kamar, lagi-lagi ia menghela napas. Nara menunjukkan senyum ketika berada di meja makan bersama ibu, ayah, dan kakak lelakinya.

"Kamu sudah siap untuk sekolah lagi?" tanya ibunya seraya mengusap pelan punggung tangan Nara.

"Iya Bu, aku kangen teman-teman." Nara tersenyum lebar, ia tidak mau ibunya terlalu mengkhawatirkan dirinya.

"Anak Ayah hebat, Ayah bangga sama kamu," ujar Pak Wisnu yang di balas dengan pelukan kecil oleh Nara.

"Tumben kamu diam, Bara." Bu Gita memperhatikan Bara yang asik memakan nasi goreng, tak seperti biasanya yang kerap bertengkar dengan Nara di meja makan.

Bara menghela napas, "Lagi malas berantem," ucapnya datar.

"Bagaimana dengan kuliahmu?" tanya ayahnya serius.

"Aman kok," jawab Bara singkat.

"Jangan main-main dengan kuliahmu Bara. Banyak orang tidak seberuntung kamu," ucap Pak Wisnu memberi sedikit nasihat.

"Siap Bos!" tegas Bara memberi hormat.

"Kamu ini!" ketus ayahnya seraya memukul lengan bara dengan sendok.

"Giliran Nara dipeluk, aku dipukul, ck!" gumam Bara.

"Ya sudah, sini Ayah peluk," ujar Pak Wisnu merentangkan kedua tangannya, siap menyambut Bara dalam pelukan.

"Ogah," celetuk Bara lalu segera berdiri, ia sudah selesai makan. "Aku pergi dulu," sambungnya.

"Dasar anak itu," gumam Pak Wisnu.

"Ha ha ha." Nara tertawa, ia tidak bisa menahan lagi. Tingkah laku Bara dan ayahnya itu cukup menghibur.

Nara telah selesai sarapan, ia berpamitan untuk pergi ke sekolah. Nara menolak ajakan sang ibu untuk mengantar, Nara tahu ibunya punya kesibukan untuk membuka kafe. Sedangkan ayahnya, harus segera berada di kantor. Nara tidak mau merepotkan, ia bisa pergi ke sekolah sendiri.

"Kak Bara belum pergi?" tanyanya saat melihat Bara masih duduk santai di bangku dekat pintu.

"Nunggu lo, gue antar ke sekolah." Bara langsung berdiri, berjalan mendekati motornya.

Langkah kaki Nara terasa berat, melihat motor saja ia sudah takut apalagi untuk menaikinya. Nara tidak kuat membayangkan hal itu.

"Mau sampai kapan lo trauma? Sedangkan pelaku di luar sana, hidup dengan tenang!" tegas Bara menarik tangan Nara agar lebih dekat dengan motornya.

FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang