40. Tangis Anak Lelaki

15.7K 2.4K 61
                                    

Awas votenya lupa he he...

Komen juga heyyy...

Komen juga heyyy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

40. Tangis Anak Lelaki

Sesampainya di sekolah, Balin langsung berjalan menuju ruang loker. Mengambil paper bag pemberian Ibu Dara. Cowok itu mendekati tong sampah lalu membuangnya begitu saja.

"Kenapa di buang?" tanya Nara, baru saja sampai di ruang loker.

"Nggak penting!" jawabnya ketus. "Jangan terima barang apa pun dari ibu gue lagi!" lanjutnya bicara serius dengan Nara.

Balin pergi begitu saja, Nara berbalik arah ia mengejar langkah Balin.

"Ibu lo? I-bu kan-dung?" tanya Nara terbata karena gugup.

"Iya," jawab Balin tersenyum miring. Jujur, Balin tidak bisa mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini.

"Balin, lo—"

"Gue nggak apa-apa! Kenapa malah muka lo yang sedih?"

Balin mengacak-acak rambut Nara, melihat gadis itu sedih justru membuat Balin gemas alih-alih ikut sedih.

"Hei!"
Kaniya yang baru sampai langsung merangkul leher Nara, ia juga sekilas menepuk bahu Balin.

"Lo ganggu Nara lagi?" tanya Kaniya saat melihat wajah Nara tampak sedih.

"Iya, dia ngutang sama gue nggak bayar-bayar, di tagih nangis!" jawab Balin, raut wajah serius membuat karangan cerita cowok itu menjadi serius juga.

"Pergi sebelum gue tabok," ucap Nara datar.

"Tuh, kan? Dia galak Yaya," ujar Balin berlindung di belakang tubuh Kaniya. Balin melepaskan lengan Kaniya dari leher Nara, menarik gadis itu menjauh dari Nara.

"Eh, Nara jangan di tinggalin," ucap Kaniya hendak berbalik namun Balin semakin kuat menariknya menjauh.

Balin sengaja, ia ingin menjauhi Nara dulu. Cowok itu belum bisa menjawab jika Nara menanyakan bagaimana perasaannya setelah bertemu dengan ibu kandung.

Nara tanpa sadar meneteskan air mata, ia segera menghapusnya agar murid lain tidak melihatnya menangis. Nara merasa dadanya sangat sakit, ia tak bisa membayangkan rasa sakit seperti apa yang Balin rasakan.

Nara tak langsung ke kelas, ia pergi ke kantin untuk membeli roti isi dan susu. Nara menggambar emotikon senyum di pembungkus roti dan susu itu, tidak lupa kata-kata penyemangat.

"Sarapan," ucap Nara menaruh bungkus plastik putih di atas meja Balin. Sekilas ia menatap Balin, lalu pergi menuju bangkunya.

Balin tersenyum kecil, ia buka plastik itu dan senyuman semakin lebar ketika melihat tulisan yang ada di sana.

'Berada di titik terendah hidup juga harus makan! Semangat :)'

"Jadian ya lo," ucap Dey yang sejak tadi memperhatikan interaksi Nara dan Balin.

FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang