32. Musuh Itu Dekat

15.2K 2.5K 210
                                    

32

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


32. Musuh Itu Dekat

Nara berjalan lesu menuju kelas, mau tak mau ia harus hadir di sekolah untuk mengikuti ujian. Bujukkan kedua orang tua membuat Nara tak bisa menolak, Nara juga tidak mau menyusahkan.

Nara datang lebih awal, ia masih mengenakan hoodie dengan tudung hoodie menutupi kepalanya. Begitu cara Nara ketika tidak ingin menjadi pusat perhatian, atau ingin menutup diri dari keramaian.

Kelas masih sepi, Nara membaca buku untuk mengurangi kejenuhan. Cukup lama membaca, kelas perlahan penuh oleh para murid.

"Udah sembuh?" tanya Rani baru saja datang. Nara hanya tersenyum.

"Ran...." ucapan Nara tertahan saat mendengar suara Balin dan teman-temannya. Seketika Nara terdiam, ia menunduk, ketakutan mulai menghampiri.

"Apaan?" Rani berusaha menatap wajah Nara tapi sedikit sulit.

"Nanti aja," ucap Nara, ia memejamkan kedua matanya. Nara tak mau bersikap aneh, ia harus terlihat natural. Nara mencoba untuk tenang, tapi mendengar percakapan di barisan belakang justru membuatnya tidak nyaman.

"Si Sandy hari ini ulang tahun," ucap Ovan, membicarakan salah satu anggota geng Floter.

"Harus dirayain," ujar Balin tampak semangat.

"Udah lama juga kita nggak kumpul," sahut Dey.

"Jangan di rumah gue! ulang tahun siapa, ujung-ujungnya kumpul di rumah gue," celetuk Juno.

"Tenang, gue udah sewa ruang VIP khusus Floter." Balin bersikap sok keren, walau memang keren sungguhan.

"Mantap!"

"Wow ... ketua!"

"Floter!"

Ke-empat cowok itu bersorak menyebut nama geng mereka. Kelas berisik karena suara ke-empat cowok itu.

"BERISIKKK..." teriak Rani telah habis kesabarannya, gadis itu berjalan cepat menghampiri para cowok itu.

"Berisik ... berisik ... berisik!" Bug! Bug! Bug! Rani memukul Balin, Dey, dan Ovan dengan buku yang ia pegang.
Tapi tidak dengan Juno, "Juno suara lo adem di telinga gue," ucapnya begitu manis tak lupa dengan senyum manis juga. Rani perlahan duduk kembali di bangkunya.

"Setan!" celetuk Dey kesal, "tahan gue Van!" Dey berpura-pura hendak melawan Rani tapi justru membuatnya terlihat bodoh.

"Salah apa gue punya teman bego kayak lo," gumam Ovan mengabaikan Dey, ia memilih untuk duduk di bangkunya.
Begitu juga dengan Juno.

"Duduk!" tegas Balin menarik seragam Dey hingga cowok itu duduk di bangku.

Suasana menjadi hening. Balin menatap lurus, kali ini tidak ada kekosongan, ada Nara di pandangannya.

FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang