Jangan lupa vote dan komen, itu adalah semangat aku hahaha...
Selamat membaca
Semoga suka18. Hati yang Kacau
"Sayang!" Balin yang tersenyum manis itu berjalan mendekati Nara lalu duduk di sebelah gadis itu. Merangkul leher Nara begitu saja, lalu menatap Jivan dengan tatapan datar. Seolah menunjukkan bahwa permainan baru saja dimulai.
"Lepas! Lo apaan sih!" Nara kesal, dengan cepat ia menjauhkan tubuhnya dari Balin.
"Kalian pacaran?" tanya Jivan menatap Nara, ia lebih membutuhkan jawaban Nara bukan dari Balin.
"Nggak!"
"Ya!"
Nara dan Balin menjawab secara bersamaan dengan jawaban yang berbeda.
Balin menoleh ke arah Nara, "lo punya foto gue!" tegas cowok itu.
"Itu...." Nara berhenti bicara, ia tidak mungkin menceritakan kebenarannya. Selain panjang, Nara juga yakin jika Jivan tidak akan percaya dengan cerita bahwa Balin belanja bulanan.
"Jivan ... lo jangan salah paham, gue sama dia nggak ada hubungan apa-apa." Nara menatap serius Jivan, tak kalah serius dengan ucapannya."Gue percaya sama lo," ucap Jivan tersenyum tipis. "Ayo kita pulang," sambungnya seraya berdiri.
"Lo bahagia setelah mengkhianati gue?" tanya Balin sedikit meninggikan suara, perkataan yang sukses membuat Jivan berbalik badan menatapnya.
"Tutup mulut lo!" ketus Jivan, terlihat jelas dari rahang yang mengeras itu. Ia menahan rasa marah.
"Lo takut Nara tahu betapa liciknya lo?" Balin tersenyum miring, tatapannya menyimpan kebencian.
Sekilas Jivan menatap Nara, ia dapat menyimpulkan bahwa Nara terkejut sekaligus penasaran dari sorot mata gadis itu menatapnya. Jivan semakin tersulut emosi, ia tidak akan membiarkan Balin bicara lebih jauh.
"Nara ayo kita pulang," ucap Jivan langsung menarik tangan Nara untuk pergi.
"Cuma segitu doang?" suara Balin membuat langkah Jivan terhenti lagi.
Jivan berbalik lalu berkata, "lo mau yang lebih? Kalau begitu buat gue marah!" tegasnya, lalu kembali menarik tangan Nara untuk segera pergi meninggalkan Balin dan juga kafe itu.
Balin menatap pintu luar yang baru saja di lalui Jivan dan Nara. "Dasar nggak tahu malu," gumamnya.
Di dalam taksi, suasana hening begitu terasa. Jivan memilih diam walau sejak tadi ia tahu Nara menatap dirinya dari samping. Jivan menghela napas, ia tak tega membiarkan Nara terjebak dalam perasaan tidak tahu harus melakukan apa dan tentunya rasa penasaran gadis itu yang begitu besar.
"Balin teman gue, dulu." Jivan menoleh, ia menatap Nara untuk memperhatikan raut wajah gadis disampingnya.
"Kenapa sekarang nggak berteman lagi?" tanya Nara, rasa penasarannya mengalahkan rasa tidak ingin ikut campur. Sungguh, Nara ingin tahu apa yang terjadi antara Balin dan Jivan. Tentu dari mulut Jivan sendiri, karena Nara lebih mempercayai Jivan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE LIFE [END]
Teen Fiction[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Bagaimana bisa cewek culun berubah jadi badgirl? Bisa... ~ oOo ~ Korban bully, korban tabrak lari, bahkan sampai koma selama satu tahun. Kehidupan gadis bernama Nara Wirana memang menyedihkan. Tapi semuanya berub...