34. Hati yang Baik

15.4K 2.5K 83
                                    

34

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

34. Hati yang Baik

Nara sangat terkejut, ia tak bisa mengucapkan apa-apa. Nara menangis, kenyataan yang sulit ia percaya. Nara ingin cepat bangun dari mimpi buruk, tapi semakin berpikir ini hanyalah mimpi maka semakin nyata apa yang sedang terjadi.

Genggaman tangan Jivan terlepas saat Bara menarik kerah baju bagian belakang Jivan. Tanpa suara Bara langsung memberi pukulan kuat di wajah Jivan membuat suasana semakin tegang.

Ibu Gita yang melihat Bara memukuli Jivan langsung mendekati Nara lalu memeluk anak gadisnya yang isak tangisnya semakin pecah. Sedangkan Pak Wisnu menarik Bara untuk menyudahi aksinya. Pak Wisnu tidak mau Bara terkena masalah karena menghakimi Jivan.

"Berdamai secara kekeluargaan? Anda tidak berada di posisi saya! Jangan harap anak Anda lolos begitu saja!" Pak Wisnu menunjuk wajah ayah Jivan, muak sekali melihat keluarga Jivan.

"Mati lo di tangan gue!" ancam Bara, ia bicara pelan di depan wajah Jivan. Jika sekarang bukan di rumahnya, tentu Bara akan langsung menghabisi Jivan tapi ada hal yang lebih penting, ketenangan Nara. Bara mendekati Nara, menggendong adiknya yang jatuh pingsan karena syok.

"Nara, Mas...." ucap Bu Gita lirih seraya memegangi tangan suaminya.

"Kita bicarakan baik-baik Pak Wisnu," ujar ayah Jivan.

"Pergi kalian semua!" pekik Pak Wisnu meminta keluarga Jivan untuk pergi meninggalkan rumahnya.

"Tolong maafkan saya, Om, Tante." Jivan berusaha meraih tangan Pak Wisnu namun langsung di tepis oleh pria tua itu.

"Saya sangat kecewa denganmu! Bajingan!" ketus Pak Wisnu menatap Jivan dengan penuh kekecewaan. Selama ini ia mempercayai cowok itu, bahkan merestui hubungan Nara dan Jivan. Pak Wisnu menyesali hal itu.

Keluarga Jivan pergi meninggalkan kediaman keluarga Nara. Jivan menangis di dalam mobil, ia menyesali kesalahannya. Jika sejak awal ia mengaku maka kebohongannya tidak akan sekacau saat ini. Benar-benar maaf yang terlambat, penyesalan yang tak berarti lagi.

"Bangsat! Argh!" Bara memukul tembok kamar Nara sebagai pelampiasan, ia tak tega melihat penderitaan adiknya. Diperhatikan wajah Nara yang begitu pucat, seketika rasa ingin membunuh Jivan semakin membara.

"Anak itu keterlaluan sekali! Selama ini dia mendekati keluarga kita untuk menutupi kesalahannya dengan berbuat baik pada Nara." Pak Wisnu tak habis pikir, permainan halus Jivan sukses menipu dirinya.

"Bagaimana dengan kondisi mental anak kita nanti Mas?" Bu Gita menangis, ia terus mengusap lembut wajah anaknya. Bu Gita sangat khawatir jika kejadian ini membuat psikis Nara terganggu lagi.

"Tenang Bu, kita harus kuat agar Nara juga kuat menghadapi semua ini." Pak Wisnu mengusap punggung sang istri, menarik wanitanya itu ke dalam pelukan.

FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang