04. Lembaran Baru

36.7K 4.8K 409
                                    

04

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

04. Lembaran Baru


Satu hari Nara tidak sadarkan diri, tubuhnya terlalu lelah untuk menerima tekanan batin yang menyiksa. Gadis itu kini sudah tersadar, ia kembali pada dirinya yang tidak tahu apa-apa.

Nara menemukan sekeping ingatan saat ia berdiri di atas balkon. Gadis itu mengingat dirinya yang diperlakukan bak seorang pesuruh. Kesana kemari untuk mengambil makanan, mengerjakan tugas oleh para penindas.

Nara sangat terpukul atas hal itu. Ternyata benar, ia adalah seorang murid buangan. Ia pikir sekeping ingatan itu adalah kenangan indah, namun ternyata menyakitkan.
Kenapa harus ingatan seperti itu yang muncul?

"Apa yang terjadi dengan kamu, Nara?" tanya Dokter Lisa mencoba untuk mencari tahu penyebab Nara mengalami pingsan.

Nara terdiam, ia tidak tahu harus menceritakan bagaimana. Memberitahu orang-orang yang kini menatapnya serius bahwa ia mencoba untuk bunuh diri adalah hal yang buruk.
Biarkan itu menjadi rahasianya.

Mendadak pikiran Nara dipenuhi sosok misterius yang tak lain adalah penyelamat. Apakah ia masih hidup?

Nara melihat tubuh, menyentuh wajah, menggerakkan kaki. Semuanya normal, ia bisa merasakan sentuhan hangat tangannya. Melihat keluarga ada di sini, Nara yakin jika ia masih hidup di dunia.

"Sayang ayo jawab, kenapa kamu bisa pingsan?" tanya ibunya merasa khawatir.

"A-ku ... mau pindah sekolah," jawab Nara.
Ia tak mau membahas niat buruknya itu, bunuh diri adalah hal yang menakutkan. Nara saja heran kenapa ia bisa memiliki pikiran seperti itu. Keinginan Nara yang lain adalah Tuhan mau memaafkan dirinya yang telah berniat melakukan hal buruk.

"Iya sayang kamu akan pindah sekolah," ucap ibunya lalu memeluk erat Nara.
Bu Gita menangis, ia tak kuasa menerima kenyataan bahwa anaknya mendapat perlakuan buruk dari teman-temannya di sekolah. Mengetahui dan mendengar apa yang Nara alami dari cerita Dokter Lisa sangat menyakiti hati.

"Akan saya tuntut sekolah itu! Lalai memperhatikan murid!" tegas Pak Wisnu marah besar, ia juga tidak terima anaknya menjadi korban penindasan di sekolah.

"Ayah jangan, aku nggak apa-apa asalkan pindah sekolah," ucapnya berusaha menurunkan amarah sang ayah.
Nara tidak ingin masalah menjadi besar, membalas kejahatan dengan kejahatan tidak akan ada habisnya. Nara, gadis itu sudah ikhlas. Ia tahu Tuhan akan membalas dengan balasan lebih kejam.

"Lo bilang ke gue, siapa aja yang tindas lo? Gue bunuh satu-satu!" geram Bara terlihat sangat marah.
Cowok itu menatap Nara dengan serius, sudah siap mendengarkan nama-nama orang yang menindas adiknya. Sudah siap juga untuk memberikan pembalasan.

"Nggak ada Kak Bara, aku cuma mau pindah sekolah aja." Nara tidak menjawab, ia tak ingin menyebutkan nama-nama yang hanya akan membuatnya terluka dengan teringat kembali kejadian demi kejadian mengerikan di sekolah.

FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang