17. Pembalasan

17.7K 2.8K 301
                                    

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


17. Pembalasan

Nara terburu-buru berjalan menuju gerbang, ia ingin segera sampai di kafe dekat sekolah karena ia yakin Jivan sudah menunggu di sana. Nara tidak bisa menghubungi Jivan karena baterai ponsel habis.

"Raisa woi ... beneran datang," ucap Dey menunjuk Raisa dan kedua temannya yang berjalan mengikuti Nara dari belakang.

"Gue pergi, jangan ada yang ikuti gue!" tegas Balin menatap tajam para anggota Floter. Cowok itu segera berjalan cepat meninggalkan area sekolah.

"Ketua ... semangat!!!" geng Floter berteriak menyemangati Balin yang sudah melangkah pergi itu.

"Nara!" panggil Raisa dengan sedikit berteriak, ia berjalan mendekat ketika Nara berhenti.

Nara berhenti bukan di tempat tujuan, sekarang ada di halaman depan sebuah minimarket. "Lo ... kenapa tahu gue sekolah di sini?" tanyanya, tatapan Nara menajam bukan lagi tatapan ketakutan saat berhadapan dengan Raisa seperti dulu.

"Lo siapanya Balin?" tanya Raisa tak kalah menatap tajam, seorang Raisa akan mengucapkan maaf jangan harap.

"Balin? Lo ngomong apa sih?" Nara mengernyit, tidak mengerti maksud perkataan Raisa.

"Balin itu datang ke kita bu—"

"Diam lo!"

Raisa memotong perkataan salah satu temannya, tidak penting memberitahu Nara tentang apa yang sudah Balin lakukan padanya di Black Road.

"Balin ... dia pacar gue, jangan lo godain!" ketus Raisa seraya melingkari kedua tangannya di atas dada.

"Pacar? Dasar stres, pacar Balin bukan lo." Nara menahan tawa, selain menertawakan pengakuan Raisa, ia juga menahan tawa karena merasa aneh dirinya dibawa-bawa ke dalam masalah Balin.

"Stres?" Raisa sedikit terperangah, tidak terima dikatai seperti itu Raisa semakin mendekati Nara. "Lo—"

Plak! Bukan wajah Nara yang menerima tamparan keras namun sebaliknya, Raisa yang tertampar oleh Nara setelah tadi Nara menepis tangan Raisa dengan tangan kiri lalu menampar gadis itu dengan tangan kanan. Tamparan yang kuat hingga membuat tubuh Raisa terhuyung ke belakang.

"Jangan ganggu gue!" tegas Nara, tatapnya semakin tajam. Nara tidak lupa dengan apa yang ketiga orang ini lakukan padanya. Terutama Raisa. Nara merasa lega karena ia bisa melakukan pembalasan, ia bukan Nara yang mereka kenal sebagai seseorang yang lemah.

"Sial!" salah satu teman Raisa hendak memukul wajah Nara namun Nara berhasil mengelak.

"Sial!" salah satu teman Raisa hendak memukul wajah Nara namun Nara berhasil mengelak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang