33. Maaf yang Terlambat

16K 2.5K 156
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


33. Maaf yang Terlambat

Balin duduk santai di kantin belakang, ia berkumpul dengan geng Floter. Mereka membicarakan rencana mereka yang akan berlibur saat ujian telah selesai. Balin hanya mendengar dan akan memikirkan usulan teman-teman.

"Gimana semalam?" tanya Dey dengan suara pelan.

Dey tahu apa yang terjadi antara Nara dan Jivan. Balin menceritakan tentang kecelakaan Nara dan tuduhan Nara  kepada Dey, secara tidak langsung Dey juga terlibat. Dey tahu masa lalu Balin dengan Jivan karena mereka bertiga pernah berteman.

"Hampir mati," jawab Balin santai.

"Gila lo, tapi pantas sih." Dey mengacungkan jempol untuk Balin.

"Lo semalam berantem sama siapa?" tanya Ovan melihat luka di bibir Balin, semalam luka itu tidak terlihat jelas.

"Mahkluk halus ha ha ha." Balin menjawab asal.

"Tobat lo, berantem mulu. Ibu lo semalam telepon gue, udah ketebak lo manfaatin nama gue." Juno protes, memang sudah biasa tapi Juno merasa tidak enak hati karena berbohong pada ibu Balin.

"Jadi teman itu harus berguna Jun," ucap Balin menepuk pundak Juno seolah memberi dukungan.

"Bangsat!" gumam Juno menepis lengan Balin.

Bel berbunyi menandakan istirahat telah usai, para murid kembali ke kelas masing-masing.

Nara tidak langsung ke kelas, ia menuju ruang loker untuk menaruh kotak bekal yang sudah habis ia makan. Sejak SD, selama ujian Nara tidak pernah makan makanan kantin. Ia memilih untuk membawa bekal dari rumah, Nara tidak mau jatuh sakit karena salah makan. Seperti itu lah Nara, nilai yang bagus adalah tujuannya dalam belajar.

"Woy ... asisten," panggil Balin mendekati Nara yang baru saja menutup pintu lokernya.

Nara hanya diam, raut wajahnya datar. Di dalam hati tentu sedang memaki cowok dihadapannya.

"Semangat ujiannya!" ucap Balin seraya memberi satu minuman Yoghurt.

Nara masih diam, ia mengambil minuman itu lalu berjalan pergi. Nara membuang minuman itu ke tong sampah yang ada di sana, tepat di depan mata Balin. Tanpa menoleh ke belakang sedikit pun, Nara melanjutkan langkahnya.

"Ada saatnya manusia membuang hal yang disukai," ujar Balin menatap tong sampah itu, ia mendapat pelajaran baru tentang sifat manusia.
Balin pergi, ia menendang pelan tong sampah saat melewati.

"Bisa-bisanya santai begitu! Berengsek!" Nara bergumam selama berjalan menuju kelas, Balin yang berada di belakangnya hanya bisa menahan tawa.

~ oOo ~

Baru saja merebahkan tubuh di kasur, Nara bangkit saat Bi Lina memberitahu ada Jivan di bawah. Nara bercermin merapikan pakaiannya, tak lupa dengan rambut yang ia ikat. Nara bergegas turun ke lantai bawah, matanya langsung tertuju pada Jivan yang duduk di sofa.

FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang