23. Banyak Kejutan

17.4K 2.7K 254
                                    

23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23. Banyak Kejutan


Sudah empat hari Nara tidak masuk sekolah. Kondisi fisiknya memang telah pulih, namun Nara ragu untuk hadir kembali di sekolah.

Mengetahui siapa dirinya yang dulu membuat Nara tertekan, ia hanya bisa menyendiri di dalam kamar. Nara sudah membicarakan semuanya kepada Dokter Lisa, ia juga sudah berhenti melakukan konsultasi pada Dokter Lisa. Nara hanya membutuhkan sedikit waktu lagi untuk beradaptasi kembali dengan diri sendiri.

Kedua orangtuanya menghargai keputusan Nara selagi hal itu baik untuk Nara. Pak Wisnu dan Bu Gita tentu merasa sangat bersyukur anak gadisnya telah mengingat semua ingatan yang sempat hilang. Tapi ada sedikit kesedihan di dalam senyum mereka, Nara menjadi berubah kembali.

Nara yang ceria kini menjadi pendiam,
Nara yang semangat kini menjadi gampang menyerah. Hal itu menjadi kekhawatiran Pak Wisnu dan Bu Gita.

"Siang Tan, Om." Jivan menyapa setelah ia masuk ke dalam rumah Nara.

"Siang Nak," ucap Bu Gita tersenyum ramah.

"Jivan, tolong bujuk Nara agar tidak menyiksa dirinya sendiri. Semoga dia bisa mendengarkan kamu," ujar Pak Wisnu tampak menaruh harap pada Jivan.

"Saya akan selalu di sisi Nara, jangan khawatir Om." Jivan yakin mengatakannya.

"Om percaya dengan kamu, Jivan." Pak Wisnu menepuk pundak Jivan tanda bangga dengan pria itu.

"Nara belum makan dari pagi, dia terus menolak." Bu Gita memasang raut wajah cemas, menatap pintu kamar Nara yang selalu tertutup.

"Saya akan temani Nara makan, Tante tenang aja." Jivan tersenyum, ia meyakinkan Bu Gita.

Jivan perlahan pergi setelah mendapat persetujuan untuk menemani Nara makan. Sebelum ke kamar Nara, cowok itu berjalan menuju dapur. Menunggu Bi Lina menyiapkan makan siang untuk Nara.
Setelah nampan di kedua tangannya terdapat piring berisikan nasi dengan lauk pauk dan satu gelas air putih, Jivan segera menuju kamar Nara.

"Ra, ini gue ... gue izin masuk ya?" Jivan meninggikan suaranya, ia berdiri cukup lama menunggu jawaban.

Tidak ada jawaban karena Nara yang keluar dari dalam kamarnya, "ngobrol di halaman belakang aja," ucap Nara berjalan terlebih dahulu membelakangi Jivan.

Jivan menatap rambut panjang Nara yang tergerai, tak lama karena ia langsung mengikuti langkah kaki gadis itu.

"Manja banget, makan aja nunggu gue suapin," celetuk Jivan sesaat setelah duduk di sebelah Nara. Mereka duduk di kursi kayu panjang yang ada di sana.

"Makasih lo selalu ada buat gue," ucap Nara tersenyum. Ia hanya menatap makanan yang Jivan bawa, benar-benar tidak memiliki nafsu makan.

"Mau tahu kenapa gue ada di dekat lo terus?" tanya Jivan menaruh kembali sendok yang sejak tadi hanya berada di udara karena Nara tak kunjung menerima suapan makanan dari tangan Jivan.

FAKE LIFE  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang