Epilog

18.9K 1K 353
                                    

📍Maaf author telat up, mohon pengertiannya karena author juga udah mulai daring lagi, jadi harus bisa membagi waktu hihi.
Sumpah bingung banget mau ngakhirin cerita ini gimana:(

Ramaikan kolom komentar, jangan lupa vote and share cerita ini juga^_^

_Ada saatnya, orang yang dulunya selalu bertahan akan pergi, jadi hargai selagi dia masih ada, karena didunia ini tidak ada yang abadi apalagi perihal perasaan_

"Siapapun tolong katakan kalau ini hanya mimpi," Alan bertanya pada angin lalu yang semakin membuat cowok itu semakin terlihat mengenaskan.

Cowok itu menelungkupkan kepalanya diantara kedua lututnya yang ia tekuk, sekelebat bayangan Galih dan Naya kembali muncul dikepalanya, yang semakin membuat cowok itu menggeleng ketakutan.

"Ya Allah... Kali ini tolong jangan ambil Acha sekarang, hamba nggak mau kehilangan orang yang paling hamba cinta untuk kedua kalinya arghh," Alan terus menitihkan air matanya, katakan saja Alan cengeng, tapi pada nyatanya Alan memang sangat takut kehilangan cewek yang sekarang sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawanya.

Tiba-tiba Alan teringat surat yang pernah Acha berikan pada-nya beberapa bulan yang lalu yang bahkan belum sempat ia baca sama sekali, bukanya belum sempat hanya saja Alan yang dulu sangat tidak memperdulikan apapun yang Acha berikan padanya.

Flashback on

Alan menatap remeh cewek yang kini berada dihadapanya, bahkan tinggi cewek tersebut hanya sebatas bahunya, "Gue nggak perduli apapun tentang lo Cha! Gue udah ingetin lo dari awal kalau gue nggak akan bisa cinta sama lo!" ucap Alan sarkas.

Acha hanya bisa menatap nanar cowok jangkung yang berdiri dihadapanya.

"Lo pergi jauh sekalipun gue nggak akan perduli!" Lanjut Alan sambil membentak Acha, sedangkan yang dibentak kini sedang berusaha mati-matian menjaga air matanya agar tidak luruh.

Acha tersenyum miris dan berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja.

"Alan jangan ngomong gitu ah, ntar kalau Acha pergi sedih lagi, kangen, nangis dipojokan kamar saking rindunya sama Acha haha." Acha terkekeh menatap Alan yang hanya diam memasang wajah datarnya.

"Catat! Gue gaakan pernah kayak gitu kalau lo pergi, sekalipun lo mati, gue seneng karena hidup gue damai!" balas Alan kejam, Acha yang mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Alan semakin merasa sakit hati.

Senyum Acha luntur begitu saja. Setelah itu Alan pergi meninggalkan Acha dikoridor kelas yang lumayan sepi karena bel pulang sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, tapi Acha langsung memegang tangan Alan yang langsung ditepis kasar oleh cowok tersebut. Acha hanya bisa menghela nafasnya 15 menit ia sudah menunggu Alan selesai rapat osis dan sekarang begini balasanya?

Gemercik hujan mengisi keheningan kedua insan tersebut, terlihat Acha merogoh tas nya dan mengeluarkan secarik kertas yang sudah cewek itu lipat.

"Alan nggak harus baca ini sekarang, tapi Acha mohon, Alan harus baca isi surat ini setidaknya hargai Acha yang udah setia nunggu Alan ngebalas perasaan Acha."

Setelah itu cewek tersebut pergi menerobos hujan menuju halte sekolah. Kini Alan terdiam menatap surat yang berada ditanganya, tapi lagi-lagi Alan tidak memperdulikan perasaan Acha dan hanya memasukan surat tersebut kedalam tas-nya.

Flashback off

Dengan cepat Alan mencari handphonya untuk menghubungi Berlin ataupun mamahnya tidak mungkin Alan kembali ke rumah sedangkan motornya saja ia tinggal didepan gang rumah Acha. Lagipula Alan tidak mau meninggalkan Acha sendiri dirumah sakit ini.

THE GIRL WHO FIGHT FOR THEIR LOVE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang