_Semangat dari aku, untuk aku dan oleh aku_
"Mah Acha boleh kan nginep disini sementara?" tanya Alan kepada mamahnya.
Saat ini mereka sedang menonton tv, Acha menatap mamah Alan takut-takut sungguh Acha sangat merasa tidak enak dan malu karena disini dia bukan bagian dari keluarga mereka.
Sedangkan Merlin hanya mengangguk sambil tersenyum "Acha tidur dikamarnya kak Berlin ya."
"Kan ada kamar tamu mah?" sela Alan.
"Sekalian nemenin kakak kamu Lan," Merlin tersenyum hambar dari dulu Berlin ingin sekali punya adik perempuan, namun tuhan berkehendak lain karena sampai sekarang Merlin belum dikaruniai anak lagi.
"Hallewwww semuanya kalian lagi bahas apaan nih? Loh loh ada tamu ternyata. Pacarnya Alan ya? Atau temenya Alan? Sahabatnya Alan? Atau selingku..." suara cempreng dari atas tangga mengalihkan perhatian mereka semua, Berlin sudah berbicara sangat heboh walaupun jarak antara dirinya dan ruang keluarga masih lumayan jauh karena tadi saat Berlin baru pulang dari kampus rumah ini tampak sepi tidak ada Alan ataupun cewek yang berada disamping Alan ini.
"Berlin, kebiasaan masih jauh tapi udah nyerocos terus, coba kaya Acha kalem gini," peringat ibu Alan memotong perkataan Berlin.
"Kalem apaan mah, gatau aja kalo disekolah kayak gimana," batin Alan menggerutu.
"Hehe, oh ya papah mana mah?"
"Tadi udah pulang tapi waktu jam tiga tadi papah berangkat kekantor lagi katanya hari ini lembur jadi ga pulang," Berlin hanya mengangguk mengerti lalu matanya menatap Acha kembali, cewek itu hanya diam menatap Merlin yang sedang berbicara tadi, dan Berlin yakin kalau cewek disampingnya ini sedang takut dan gugup. Sedangkan Alan? Gausah kalian tanya dia sedang bermain game online di hanphonenya.
"Alan lo kalo punya cewek jangan dianggurin dong."
Alan menatap kakaknya sengitt "Dia bukan cewek gue!" sontak Berlin terkejut sejak kapan adiknya terang-terangan membuat orang sakit hati. Bukankah begitu? Dengan mengatakan hal seperti itu secara tidak langsung Alan menolak Acha mentah-mentah, walaupun Berlin tidak tahu apakah Acha menyukai Alan atau tidak.
"Tuh kan Cha, Alan emang gitu jadi jangan baper," batin Acha mengingatkan dirinya sendiri.
"Iya kak kita cuma temen," balas Acha yang sedari tadi diam.
Berlin masih menatap kedua remaja didepanya ini, dan Berlin bisa menangkap raut kecewa diwajah Acha.
"Iya Cha sekarang mah temen aja, ntar jadi masa depan gue kan?" bukan, bukan Berlin yang menjawab tapi Alan sambil menaik turunkan alisnya.
Blushhh
Acha langsung tersipu dan bisa Acha tebak kini pipinya sudah merah seperti kepiting rebus. Jantungnya berdebar tidak karuan. Alan berhasil membuatnya baper.
"GILA, ADEK GUE BELAJAR GOMBAL DARIMANA?" pekik Berlin heboh dan Merlin yang mendengar ucapan anaknya juga sedikit tidak percaya, Alan yang tidak pernah menceritakan cewek yang disukainya, yang Merlin tau Alan sangat membenci Acha tapi sekarang? Ah Merlin jadi pusing sendiri memikirkanya.
"Alaan apaan sih!" Acha menatap Alan salting, jika Alan memang tidak menyukainya setidaknya tidak usah bikin Acha baper didepan keluarganya juga kan.
Hari ini Acha mendapat banyak kejutan dari semua sikap Alan, Alan yang banyak omong, Alan yang suka bercanda, Alan yang tidak irit bicara oh iya Alan kan irit bicara jika dengan dirinya.
Alan menatap ketiga perempuan yang berada diruang keluarga itu lalu tatapanya jatuh pada Acha yang sedang tersenyum tapi setelah itu Alan langsung melengos "Gue minta maaf kalau lo baper Cha, gue cuman bercanda haha." tawa Alan garing.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GIRL WHO FIGHT FOR THEIR LOVE (COMPLETED)
Teen Fiction[C O M P L E T E] [E N D] [S E D A N G D I R E V I S I ] CERITA INI SEDANG DIREVISI JADI KALAU KALIAN MENEMUKAN BANYAK TYPO ATAU BAHASA TIDAK BAKU MOHON DI MAKLUMI. CERITA MENGANDUNG BAWANG! Untuk kamu yang sedang aku perjuangkan. ~Acha Meylinda Put...