19. rain

9.4K 677 34
                                    

Terimakasih tuhan telah menurunkan hujan, karena sekarang aku mempunyai alasan untuk tetap berada didekatnya.
-Acha Meylinda Putri.

Cowok pemilik senyum manis itu sedang menaiki tangga, sampai dia melihat dua pintu kamar yang saling bertolak belakang, yang disebelah kanan berwarna putih, penuh dengan gambar-gambar kartun dan terdapat papan nama yang tertulis:

Acha Meylinda Putri
16-09-02
Leo

Alan tersenyum tipis menatap pintu bercat putih itu. Sedangkan pintu disebelahnya berwarna hitam, sangat bertolak belakang dengan kamar milik Acha, dipintunya banyak tertempel stiker seperti gambar tengkorak dan motor vespa. Alan yakin ini adalah kamar Aldo. Tapi sebelum dia benar-benar masuk kekamar tersebut dia ingin memastikan apakah dia lancang atau tidak memasuki kamar orang yang bahkan tidak ia kenal.

"Gue boleh masuk nih?" teriak Alan dari atas.

"Masuk aja, lagian nggak ada apa-apa semua barang berharga punya bang Aldo dibawa," balas Acha berteriak dari bawah, lihat bahkan secara tidak langsung Acha mengatakan Aldo tidak ada dirumah. Tapi kemarin? Ah lupakan.

Alan memasuki kamar yang bernuansa abu-abu itu dia melihat beberapa tempelan seperti stiker di pintu lemari sama seperti pintu kamar, sepertinya Aldo menyukai motor vespa.

"Gue pake kaos polos aja lah celananya gausah ganti lagian gaterlalu basah," Alan bermonolog sendiri.

Setelah selesai mengganti baju, Alan belum ada niatan untuk keluar kamar. Alan kembali melihat-lihat isi kamar Aldo kebanyakan hanya terdapat foto Aldo dan Acha sepertinya dia sangat menyayangi adik cerewetnya itu.

Alan ingin keluar dari kamar tersebut tapi dia urungkan ketika melihat foto 2 bocah perempuan dan seorang laki laki yang sedang memakan eskrim. Dia mengambil foto tersebut lalu membaliknya. Dibelakang foto tersebut terdapat kertas terselip, Alan yang sudah sangan kepo tanpa pikir panjang membuka kertas tersebut dan membacanya.

Acha, Achi, Aldo.
Abang sayang banget sama kalian berdua. Abang tau bukan Acha yang bikin Achi meninggal. Abang percaya ko sama Acha, ibu sama papah selalu marahin Acha atas kepergian Achi. Abang pengen banget ngebela Acha tapi ntar ibu marah. Achi disana jangan lupa bahagia ya, bang Aldo akan terus berusaha buat jagain Acha.
Selasa, 15 April 2005.

Alan melihat surat ini dengan seksama, surat ini ditulis 15 tahun yang lalu. Alan begitu yakin ini tulisan Aldo karena tulisanya aja sperti cacing kepanasan. Mungkin lelaki itu menulis surat ini sekitar umur 6 tahun.

"Lan udah belum ganti bajunya kok lama? Alan lagi ngapain?" suara yang berasal dari balik pintu itu mampu membuat Alan terkejut. Buru-buru dia memasukan surat itu kembali pada awalnya. Dia tau sudah lancang tapi yang ada difikiran Alan kali ini siapa itu Achi? Dan kenapa orang tua Acha menyalahkan Acha atas kematian Achi? Apakah Acha sudah pernah membaca surat itu? Banyak sekali pertanyaan yang ingin Alan lontarkan tapi dia cukup sadar diri, dia udah mennyakiti perasaan Acha berkali-kali dan untuk apa dia peduli. Begitu bukan?

"Ntar," Alan meneliti penampilanya kembali lalu keluar dari kamar tersebut. Hal pertama yang Alan liat saat membuka pintu tersebut adalah Acha yang menyambutnya dengan senyum hangat.

Oh ayolah Cha jangan senyum gitu, semakin Acha berbuat baik semakin besar Alan merasa bersalah.

"Gue udah sayang sama lo Cha tapi...mungkin sebagai teman. Batin Alan sambil terus menatap wajah Acha.

THE GIRL WHO FIGHT FOR THEIR LOVE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang