7. pieces of wound

11.8K 784 38
                                    

Terkadang kau bersikap baik seolah aku adalah orang yang paling spesial, tapi terkadang kau juga kasar, seolah aku adalah orang yang paling kau benci.
-Acha Meylinda Putri.

"Ishh mana sih angkotnya dari tadi ga dateng-dateng biasanya kan jam segini lagi rame-ramennya orang berangkat sekolah," gerutu seorang gadis yang memiliki rambut panjang karena dari tadi dia menunggu angkot sambil berjalan namun tidak ada satu angkot pun yang lewat.

Akhirnya Acha memutuskan untuk berjalan kaki terlebih dahulu sambil mencari angkot, siapa tahu nanti dijalan ada angkot yang lewat karena jarak rumah ke sekolahnya lumayan jauh. Kalau Acha jalan kaki dari rumahnya bisa telat saat sampai disekolah nanti.

Ketika Acha sampai didepan gang rumahnya dia melihat Alan yang sedang mengantri ditukang fotocopy-an. Senyum Acha mengembang sempurna karena Acha percaya pagi-nya akan semakin cerah saat melihat wajah Alan, fikir Acha.

"ALANNN!" teriak Acha yang langsung bahu Alan jatuh lemas.

Alan yang mendengar suara gadis tersebut seketika merasa harinya akan menjadi buruk, ia sudah lupa memfotcopy modul yang telah ditugaskanya dari ketua osis dan sekarang Acha datang yang akan merusak pagi Alan yang sudah suram menjadi gelap.

Acha berlari mendekati Alan, Alan ingin sekali rasanya ber-apparate sekali ini saja kalau bisa, karena Acha sigadis yang mulutnya tidak bisa diam itu datang menghampirinya dengan senyum yang sangat lebar.

"Alan boleh ga Acha nebeng?"

"Ga," sahut Alan malas.

Acha menghela nafasnya menatap Alan kecewa. "Kenapa? Lagian juga kan sekolah kita sama," setelah itu Acha mengerutkan keningnya kenapa Alan sampai jauh-jauh ketukang fotocopyan yang letak toko dan rumah Alan berlawanan arah, "Alan ngapain jauh-jauh fotocopy disini?"

"Suka suka gue lah, lagian ini tempat umum." Sewot Alan yang mendapat balasan kekehan dari Acha.

"Hehe."

Hening sebentar sampai Acha yang bertanya ke Alan.

"Rumah Alan dimana sih?" tanya Acha karena yang ia tahu Alan pernah bilang rumahnya dan rumah Alan berlawanan arah.

"Kepo ban..."

"Ini mas fotocopyan nya," ucapan Alan terpotong oleh bapak yang menjaga toko tersebut setelah itu Alan membayar dan menuju ke motornya sedangkan Acha terus mengikuti Alan dari belakang.

Cowok pemilik kedua lesung pipit itu berdecak malas. "Lo ngapain ngikutin gue?!" Alan geram dan frustasi harus meladeni sikap Acha yang menurutnya sangat kekanak-kanakkan.

"Kan Acha nebeng sama Alan."

"GUE BILANG GA YA NGGAK, telinga aja dua tapi cuman buat pajangan!!"

Acha menunduk menatap sepatu hitam sekolahnya. "Acha cuma nebeng aja Lan, kan sekolah kita sama, lagian angkotnya juga lama Acha takut telat."

"Ya itu bukan urusan gue," balas Alan penuh penekaan.

"Oke, maafin Acha," ujar Acha pasrah sambil menahan air matanya yang sebentar lagi jatuh.

"Acha duluan," lanjut Acha sambil tersenyum sebisa mungkin.

Acha berjalan dan duduk dihalte bus, Acha tidak bisa menahan air matanya lagi, sungguh dia takut terlambat dan mendapat hukuman karena semasa dia SMA sekarang, Acha pernah dihukum satu kali saat MOS dan itu sangat membuat Acha sangat kapok. Walaupun alasan yang lebih tepatnya karena bentakan Alan, tapi sungguh saat Acha telat dulu, dia sangat mendapat banyak hukuman dan Acha sangat takut terlambat kembali, Acha tidak mau mengulangi kesalahanya.

THE GIRL WHO FIGHT FOR THEIR LOVE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang