Bukan gue yang brengsek, tapi perasaan berharap lebihmu yang berlebihan.
-Alan Rey Prasetyo.Acha membuka kelopak matanya ketika cahaya matahari menembus retina matanya.
Cewek itu masih terus bergelung malas didalam selimut-nya, lalu tatapan-nyq jatuh pada jam dinding yang telah menggantung dikamar-nya sejak dulu. "Jam berapa sih?"
"APAA! JAM TUJUH," pekik Acha seketika panik.
Cewek berambut panjang itu melompat dari tempat tidurnya dan langsung pergi ke kamar mandi. Sungguh sekarang Acha seperti orang linglung yang baru saja masuk sekolah, setelah selesai dengan ritual mandi-nya dia melihat kalender sambil bergumam dan berfikir.
"Hari kamis pake baju apa ya... Oh batik iya hari kamis Acha make batik." Acha yang terlalu panik sampai-sampai membuat diri-nya bingung sendiri.
"Terus apa lagi? Buku iya buku," Acha terus menyiapkan perlengkapan sekolahnya dengan terburu-buru.
Setelah siap dengan semuanya dengan cepat cewek itu menuruni anak tangga sampai hampir terjatuh kalau dia tidak bisa menyeimbangkan keseimbangan tubuhnya.
Acha berniat meminta uang saku kepada kedua orang tuanya karena uang tabungan yang diberikan Aldo beberapa minggu yang lalu sudah habi. Tapi kosong, rumah ini bak rumah yang tidak berpenghuni. Acha menatap kosong kearah meja makan lalu dia menemukan secarik kertas dan membacanya.
Jangan lupa cuci pakaian kotornya.
Hanya satu kalimat tapi membuat hati Acha berdenyut sakit.
"Kapan Acha bisa diperduliin sama kalian lagi." dengan cepat Acha mengusap air matanya dan berlari menuju halte bus.
Bukannya Acha tidak mau membantu orang tuannya untuk mencuci baju, setidaknya beri Acha perhatian, dengan menulis "Jangan lupa sarapan!" atau apapun itu yang membuat hati Acha bahagia. Tanpa ba-bi-bu cewek berambut panjang itu langsung saja keluar dari rumahnya. Pulang sekolah nanti dia akan mencucinya karena sekarang dia sudah terlambat dan tidak ada waktu untuk mencuci baju dirumah-nya.
"Cha." Panggil seseorang.
Acha mendongak menatap seseorang dibalik helm fullface-itu, setelah orang itu membuka helmnya. Acha memberikan senyuman pada orang tersebut, sedangkan yang yang diberi senyum malah menampilkan smirk nya. Acha dibuat merinding karena senyuman itu.
"Eh Galih, kenapa?" tanya Acha sambil mencoba tersenyum. Galih ingin menjemput Acha sampai dia ikut telat? Yang benar saja.
"Ikut gue!" Acha yang sudah menebak niat buruk Galih, menggelengkan kepala-nya kuat.
"Nggak, Acha mau berangkat sekolah, emang Galih mau ngajak Acha kemana?"
"IKUTT GUE!!" bentak Galih.
Acha was-was dan sekarang dia teringat pertemuan pertamanya dengan Galih.
"Acha gamau, Acha takut."
Galih tidak mendengar permohonan Acha dan langsung menarik tangan Acha dan menyuruh untuk menaiki motornya.
"Naik atau gue bakal apa-apain lo disini!" balas Galih penuh penekaan.
Tanpa banyak bicara Acha langsung menaiki motor Galih. Sedangkan Galih hanya tersenyum miring. Cewek yang berada diboncengannya ini sangat mudah dibohongi dan gampang sekali diancam.
Dan mereka berdua tidak menyadari kalau ada orang yang mendengar semua percakapan mereka.
"Sial," geram orang tersebut lalu mengikuti kemana motor Galih pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GIRL WHO FIGHT FOR THEIR LOVE (COMPLETED)
Teen Fiction[C O M P L E T E] [E N D] [S E D A N G D I R E V I S I ] CERITA INI SEDANG DIREVISI JADI KALAU KALIAN MENEMUKAN BANYAK TYPO ATAU BAHASA TIDAK BAKU MOHON DI MAKLUMI. CERITA MENGANDUNG BAWANG! Untuk kamu yang sedang aku perjuangkan. ~Acha Meylinda Put...