Pt 72 | Is He Really Back? (그는 돌아온다)

799 104 131
                                    

"Kamu tidak akan pernah tahu kapan cinta itu mulai menyentuh hatimu, bahkan mungkin saja kamu tidak akan mengerti mengapa hal itu bisa terjadi."

***

Hannam The Hills,
Dokseodang-ro, Hannam-dong, Yongsan-gu, Seoul,
Korea Selatan.

Malam bertabur bintang di atas sana nampaknya masih enggan untuk ditinggalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam bertabur bintang di atas sana nampaknya masih enggan untuk ditinggalkan. Jejak terangnya bahkan kian benderang ketika malam semakin larut. Ah, jahat sekali mereka, bisa-bisanya bersinar begitu indah ketika seorang gadis sedang menyesal telah terlahir di dunia ini, walau tak dipungkiri berkat mereka pula kesedihan dibalut penyesalan itu perlahan menghilang seiring berjalannya waktu menghitung detik.

Entah bagaimana orang-orang menyebutnya, tapi apakah ini salah satu bentuk keajaiban malam hari? Atau memang gadis itu sedang memaksakan diri untuk melupa lagi.

Terduduk sendirian di sebuah bangku kayu area taman belakang mengharuskannya untuk mengeratkan pegangan pada tali tas karena udara dingin berembus kencang. Ia menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Sisa tangis itu ternyata masih membekas, tapi sudah tidak terlalu menganggu.

'tap ... tap ... tap ...'

Derap langkah seseorang terdengar mengarah kepadanya. Tanpa menaruh rasa penasaran, gadis itu bergeming memandang ke atas langit.

"Ambil ini!" kata orang itu yang tak lain adalah lelaki berpakaian serba hitam yang tadi memergokinya sedang menangis.

Ia menghadirkan sebotol air minum berwarna hijau dengan gambar lemon terbelah menjadi dua. Bukannya tertarik pada kehadiran si lelaki, gadis itu masih asik berdiam diri.

"Hei, tidak mau diambil? Bukankah tenagamu sudah terkuras habis karena menangis malam-malam dan mengerang seperti hantu?!"

Merasa tersinggung atas ucapannya, si gadis lantas melirik tajam dan tak jua mengambil botol yang terarah untuknya.

Diabaikan dengan cara seperti ini membuatnya jadi gemas juga. Bermodalkan mata sipit nan kecil, ia berusaha untuk memandang si gadis dengan lembut kemudian membuang napas sebelum mengusap puncak kepalanya.

"Vaya kau tahu, segala sesuatu yang kau perbuat pasti tidak akan sia-sia. Aku percaya padamu ... "

Gadis yang dipanggilnya Vaya itu jelas jadi menengadah bingung. Alisnya beradu seolah menuntut penjelasan.

" ... untuk hari ini tidak masalah, kau melakukanya dengan baik."

"Hei, berhenti bicara seolah kau tahu segalanya!" dengkus Vaya sembari melipat tangan di dada. Ia memalingkan wajah serta membalikkan badan dari pandangan si lelaki yang mulai terkekeh pelan.

"Aku memang tahu, kok!" balasnya. Ia lantas mendudukkan diri sehingga kini mereka duduk berdampingan.

Dua insan manusia itu kini terdiam cukup lama seolah di taman ini hanya ada bising dari suara jangrik yang entah bersembunyi dimana.

1 Season in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang