pt 4 | Supported (지지)

1.7K 179 26
                                    

23 Februari 2018

Hà Nội, Vietnam

"Apa aku harus ikut?" tanya seorang gadis pada dirinya sendiri. Ia sedang mengamati pengumuman dari BigHit yang terpampang dilayar laptopnya.


Gadis itu terdiam beberapa menit, kemudian dia mendesah. "Sepertinya tidak."


"Memangnya siapa aku? Banyak ARMY yang berbakat diluar sana. Lagipula aku harus segera mengurus skripsi."

Tiba-tiba pintu kamarnya terketuk, ia menoleh dan terlihat seorang pemuda dengan gaya casual muncul dibaliknya. Pemuda itu tercengir saat melihat gadis itu.

"Kau kenapa? Kenapa muka kau berlipat seperti lipatan bumi?"

Si gadis menggeleng. Pemuda itu pun melenggang masuk ke kamar dan duduk dipinggir kasur.

"Ada masalah apa? Masalah serius kah? Ceritakan pada 'ku." pemuda itu mengelus rambut si gadis.

"Ah, tidak apa-apa. Bukan masalah serius, Chan."

"Baiklah, tapi, apa yang membuat gadis ku cemberut sambil memandang laptopnya?"

Si gadis itu pun memutar laptopnya, menghadap ke pemuda yang ternyata bernama Chan. Ia memerhatikan tampilan dilayar laptop, dahinya mengernyit saat melihat aksara yang tidak dia pahami.

"Apa ini, Anna? Kau 'kan tahu, aku tidak bisa membaca tulisan ini, apa tidak ada terjemahannya?" Chan menatap Anna gemas.

Gadis bernama Anna itu terkikik geli, "xin lỗi." (Maaf).

Anna pun mengutak-atik laptopnya sebentar dan kembali mengarahkan laptopnya kepada Chan.

Semenit dua menit ia fokus untuk membaca pengumuman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Vietnam, "ternyata ini. Kalau begitu kau harus ikut Anna!" serunya seusai membaca.


Anna berjengit pendengar ucapan Chan. Lantas ia segera menggelengkan kepala.

Chan jadi mengerutkan dahi, heran, "tại sao?" (Kenapa). Anna terdiam.

"Bukankah kau sangat ingin bertemu mereka? Ini kesempatan mu, sayang. Kau harus ikut."

"Tidak bisa, aku sibuk. Kau kan tahu, Ayah dan Ibu ingin aku segera menyelesaikan kuliah. Ini tahun saatnya aku menyelesaikan skripsi." raut wajah Anna kembali kecewa.

Chan menghembuskan napasnya, lalu menggaruk tengkuk. Ia tahu bagaimana sifat orang tua Anna yang keras dan disiplin. Bahkan saat memacari Anna pun, Chan harus meminta izin kepada Ayah Anna dan berjanji bahwa hubungan mereka tidak akan mempengaruhi nilai. Sungguh konyol memang. Tapi, begitulah salah satu cara orang tua menyayangi putri satu-satunya.

"Apa aku harus meminta izin Ayah mu? Bagaimana jika aku yang meminta izinnya?"

Anna jelas kaget dengan penawaran yang dilayangkan kekasihnya itu, bahkan bola matanya sampai membulat besar.

"không!!" pekik Anna. (Jangan).

"Aku akan melakukannya, tenang saja. Jangan khawatir."

1 Season in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang