pt 37 | Flashback (플래시백)

870 112 23
                                    

'Aku ingin menjadi awan putih di bawah sinar matahari. Yang meski tak kau minta, diam-diam melindungimu dari terik matahari.'

***

20 Maret 2018
Rooftop Apartemen
09:00 KST

Vaya berjalan mendahului Seokjin menuju salah satu bangku kayu yang yang letaknya langsung menghadap hamparan gedung-gedung, ia terus berusaha menahan emosi, entah sudah berapa kali ia mengatur emosinya untuk tidak meledak pada pria dihadapannya.

"HHH~"

"21" Kata Seokjin santai yang sudah mendudukan diri dibangku.

"Hah? Apa katamu?" Tanya Vaya ketus yang membuat Seokjin jadi sedikit memejam, "Kau sudah membuang nafas kesal padaku sebanyak itu."

Vaya bertolak pinggang, "Kau menghitungnya?"

Seokjin mengehendikan bahunya, "Mau bagaimana lagi. Diperjalanan aku bosan karena kau hanya membuang nafas sambil melirik tajam kearah ku, ya jadi aku hitung saja."

Vaya akhirnya menyerah juga untuk bersikap tenang, sungguh Kim Seokjin itu menyebalkan sekali. Ia benar-benar baru sadar bahwa Seokjin semenyebalkan ini. Vaya jadi ingin menamparnya sampai makhluk itu jatuh saja sekalian dari atas gedung. Rasanya itu akan jauh lebih baik, tapi untung saja akal sehatnya masih berfungsi. Yeah setidaknya sampai detik ini.

"Kau tau aku kesal, tapi kenapa tidak bertanya?!" Vaya membentak tapi Seokjin malah menarik tangannya, tentu saja tubuh Vaya langsung terduduk disebelah Seokjin.

"Yakk!"

"Jangan berteriak! Kau ingin aku bertanya padamu 'kan? Aku akan melakukannya. Jadi duduklah!"

Vaya menggembungkan pipinya sembari menatap kesal kearah Seokjin, .wajahnya kini sudah mulai memerah. Tapi, warna merah itu perlahan sirna oleh tatapan Seokjin yang mengisyaratkan bahwa ia pasti akan menjawab semua pertanyaan yang selama ini sudah bersarang dalam kepalanya.

"Huft~ Aku sungguh heran, apa semua wanita didunia ini jika sudah kesal akan seperti itu?" Tanya Seokjin sinis.

"Aish, dasar gadis mengerikan.". Desisnya lagi.

'Kalau dipikirkan lagi, aku dikelilingi gadis mengerikan jika sudah emosi. Seperti Vaya dan Hyemi misalnya.' Seokjin membatin.

Vaya menghembuskan nafas, lalu berdecih, "Katamu kau akan bertanya padaku, tapi kenapa kau malah meledekku seperti itu?!"

Seokjin memutar bola mata jengah, "Baiklah-baiklah."

"Jadi nona muda Vaya, sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa nona terlihat sangat kesal? Apa ada yang menganggu non--"

"OPPA!" Vaya berteriak, "Bisa tidak sih kau serius sedikit?!"

Seokjin jadi tersenyum, "Hehe, iya maaf."

Vaya masih memandang ketus, "Sepertinya Oppa sudah tau alasanku menarikmu keatas sini. Sedari tadi Oppa hanya berusaha mencairkan rasa gugup 'kan? Kau tidak bisa membodohiku, aku tahu semuanya!"

"Yah, aku juga tau kau mencurigaiku sejak kejadian hari itu." Ceplos Jin santai lalu menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya secara kasar.

Sontak itu membuat Vaya langsung tertegun, 'Dia tau aku mencurigainya? tapi, kenapa selama ini dia berlagak bodoh didepanku?' Batinnya.

"Katakan padaku, sudah sejauh mana kau mengetahuinya?"

Seokjin menoleh dengan gerakan slow motion kearah Vaya, sehingga membuat sepasang mata itu bertaut lama. Sorot mata keduanya pun seolah mengartikan maksud satu sama lain. Vaya tidak mengerti, begitu pula dengan Seokjin.

1 Season in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang