°7°

546 21 2
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Gabriela menggeliat dari tidur nyamannya, benar-benar nyaman tak terkira. Kasurnya mendadak terasa lebih empuk dari biasanya, aroma selimutnya lain dari merek deterjen yang selalu ia gunakan namun terasa nikmat baunya dan ia semakin betah mengendusnya. Semua kenyamanan ini begitu menyenangkan namun ada yang janggal juga. Lalu serangan yang menyakitkan menghantam belakang kepalanya. Sontak saja ia membuka mata dan bangkit dalam gerakan cepat.

"Morning, sunshine."

"What the fu--"

Ia sampai harus menyipitkan matanya saat menemukan penampakan pria dengan pakaian kasual yang tengah berkutat dengan MacBook-nya.

"Dimana aku?"

"Penthouse-ku."

"Kenapa?"

Andrea menutup MacBook-nya lalu melepaskan kaca mata baca yang bertengger indah di hidung bangirnya. "Karena kau membuat kekacauan."

Glek!

Gabriela meneguk ludahnya sendiri dengan cemas, ia meringis ngeri saat kilasan momen memalukan yang Andrea sebut 'kekacauan' itu berbondong-bondong menyerangnya. Menghantamnya telak bagai aib yang paling memalukan sepanjang hidupnya.

"Apa kau yang mengganti pakaianku?" tanya Gabriela ragu-ragu.

Andrea menghela napas, "Aku tidak punya pilihan lain."

"Dan dimana kau tidur?" tanyanya kembali dengan suara mencicit.

Andrea pun hanya menjawabnya dengan menunjuk sisi kasur yang ditempati Gabriela dengan lagak santai. Sontak saja jantung Gabriela berhenti berdetak.

"A-apa semalam kita--"

"Aku tidak pernah bersetubuh dengan mayat."

Perkataan itu membuat Gabriela lega dan malu di saat yang bersamaan. Ia menggigiti bibirnya cemas dengan tangannya yang meremas selimut dengan gelisah. Kepalanya tertunduk menahan desakan rasa malu yang semakin menjadi-jadi.

"Andrea... I'm sorry, karena semalam--"

"Jangan pernah melakukan itu lagi."

"Maaf karena telah merepotkanmu." sesalnya, benar-benar benci dan ingin mengubur dirinya sendiri.

Andrea bangkit dan berjalan menghampiri Gabriela dengan langkah yang mengeluarkan aura jantan yang membuat mulut Gabriela kering. Sebelah tangannya membawa nampan berisi roti panggang, es jeruk serta dua butir obat pereda pengar. Andrea dengan pakaian kasual serta rambut acak-acakan memang tidak baik untuk kesehatan jantung.

Andrea pun duduk di samping Gabriela dengan tatapan yang tak pernah lepas dari Gabriela, begitu intens, dalam dan penuh misteri. "Eat." katanya dan meletakan nampan itu dipangkuan Gabriela.

Gabriela meraih obat itu lebih dulu dan menelannya dengan bantuan jus jeruk yang dingin dan menyegarkan membuat tenggorokannya yang se-kering padang pasir sedikit terobati. Perlahan semua sisa mabuknya pun mulai hilang. Ia pun segera meraih roti panggang itu.

"Khenapha k-khau tidhur dishinih?" tanya Gabriela untuk mengalihkan perhatian Andrea yang masih setia memandangi Gabriela begitu lekat.

"Aku tidak bisa tidur selain di kasurku sendiri."

"Kenapa kau tidak menempatkanku di kamar tamu saja?"

"Aku terlalu lelah untuk menggendongmu ke lantai dua."

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang