°44°

70 4 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

Syukuran 500 followers, semoga bisa jadi 500k. Amin🙏🫶

.

Gabriela kini sudah kembali di penthouse Andrea --lebih tepatnya kandang besi yang ia pilih dengan sukarela. Gabriela yang terguncang ditenangkan oleh Andrea dengan pria itu yang tak mau beranjak dari sisi Gabriela bahkan sejengkal pun.

"Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Andrea kesekian kali untuk menarik perhatian Gabriela.

Gadis itu masih bungkam dengan tatapan kosong. Pikirannya sibuk menelaah petaka yang membuat hatinya teriris. Jerit putus asa Kate yang memintanya tinggal terus berdenging di telinga seperti kawanan lebah yang sedang bergunjing.

Tapi, dengan hadir Andrea di sisinya ia merasa aman dan kelegaan itu menentramkan batinnya.

"Sebaiknya kau membersihkan diri dulu. Aku akan menyiapkan air hangatnya." putus Andrea sia-sia mencoba menarik perhatian Gabriela.

Gadis itu tak menyahut dan masih membisu.

Sebenarnya apa yang salah dengan dirinya? Ia hanya ingin merengkuh kebahagian dengan pujaan hati saja. Gabriela sudah menerima dengan ikhlas tragedi berdarah antara keluarganya dengan keluarga Felton, Andrea pun menerima hukuman itu dengan menyayanginya seutuhnya.

Mereka sudah saling mencintai dan melengkapi kurangnya masing-masing. Tanpa perlu dipertanyakan lagi seberapa kuat ikatan cinta mereka. Tapi apa yang dia dapat? Hanya cobaan yang tiada akhirnya.

Kenapa takdir senang mengujinya?

.
.
.

Gabriela bangun di pagi hari dengan perasaan lelah dan badan sakit-sakit. Di sampingnya Andrea tidur dengan lelap tanpa kaus seperti kebiasannya. Ia menikmati keluguan Andrea ketika tidur dan dewi batinnya berteriak setuju kalau ia sudah benar dengan pilihannya. Mana bisa ia meninggalkan Andrea yang penuh pesona, tampan dan haus kasih sayang ini.

Berkat semua pemikiran itu, Gabriela berjanji untuk hidup di masa ini menikmati setiap kebersamaan dengan Andrea tanpa peduli resiko apa yang didapat di masa depan. Ia yakini jika ia bisa menunjukan bahwa ia bahagia dengan Andrea, mungkin Kate akan luluh dan mulai menerima. Mereka akan bersama seperti dulu.

Akhirnya Gabriela berjuang untuk mengusir sendu di hati, demi membuat Andrea tenang. Ia menurunkan tangan besar Andrea di perutnya lalu mengecup sekilas kening berponi Andrea sebelum bersiap menyambut hari.

Gabriela turun ke dapur berencana untuk membuat sarapan, itung-itung sebagai tanda permintaan maaf sudah bermuram durja semalaman. Ia menelusuri isi lemari dan kulkas mencari sesuatu yang bisa dimasak. Pilihannya jatuh pada telur mata sapi dan bacoon. Yang paling mudah dan aman.

Keributan yang dia buat menarik kehadiran Mrs. Laurance. Wanita dengan indera pendengaran ekstra itu kaget menemukan keberadaan Gabriela.

"Biar saya yang melakukannya." kata Mrs. Laurance.

Gabriel menggeleng kecil, "Aku ingin membuat sesuatu untuk Andrea."

"Bagaimana dengan kondisi Anda?"

Pertanyaan itu jelas sekali ditujukan kepada bayi dalam kandungannya. Gabriela tak menjawab dan malah refleks tangannya menyentuh perutnya.

"Jangan terlalu stres, kehamilan pertama sangat rentan."

"Aku mencoba yang terbaik untuk melindunginya." bisik Gabriela memandangi perutnya yang kali ini diam --tidak terasa sundulan.

"Bukankah sebaiknya Mr. Felton sudah mengetahuinya sekarang?"

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang