°1°

1.8K 44 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

London, 17 Juli 2017

Kriiing

Suara mengerikan pengganggu ketenangan tidur itu mengusik wanita berambut blonde yang masih bergelung di dalam selimut. Ia mengerang sebal karena mimpi indahnya terusik lengkingan maut itu, ia bergumam sebal dan menggeliat.

"Babe." erangnya.

Tangannya menepuk sisi kasur yang kini tak berpenghuni. Matanya terbuka seketika menampilkan netra bernuansa hijau cerah. Belum sadar sepenuhnya akhirnya ia mematikan benda laknat yang tidak mau berhenti sendiri meski ia sudah bangun sekalipun.

Matanya menyipit melihat angka merah itu baru menunjukan pukul enam pagi. Oh shit! Pasti dia pelakunya.

"Gabriela!"

Tidak ada sahutan. Apartemen studionya terasa sunyi.

Akhirnya setelah kesadarannya terkumpul sempurna, ia menyingkap selimut dan kaki-kaki jenjangnya meraba-raba mencari sandal rumah berbulunya. Ia menguap lebar saat berjalan terseok-seok ke pintu. Saat membuka pintunya, ia meloncat kaget karena berpapasan dengan buronan yang sedang ia cari.

"Apa kau memanggilku?"

Wanita pirang itu mengurut dadanya, "Astaga, babe. Mau kemana kau pagi buta sudah berkemas?"

"Kau lupa kalau hari ini aku ada wawancara kerja?"

"Oh, my mistake. Memangnya jam berapa interview-nya." tanyanya sambil berjalan menuju dapur kecilnya.

Gabriela melirik Daniel Wellington berwarna rose gold-nya --kado selamat datang dari Kate yang melingkar di kulit putih susunya. "Jam sembilan, Kate."

Pemilik nama lengkap Katherine Scott itu hampir menyemburkan susu kotak yang tengah ia teguk. "Gabriela sayang, apa kau sadar jam berapa ini?"

Gabriela mengangguk cepat, dan duduk di kursi bar menghadap Kate. "Iya. Sekarang pukul enam lewat lima belas."

"Lantas kenapa kau sudah berpakaian rapih? Kau memiliki waktu sebanyak tiga jam lagi."

"Tidak, lebih tepatnya sekitar 2 jam 45 menit lagi."

Kate menggeleng tak percaya, "Aku tidak yakin apa benar IQ-mu setara dengan Einstein."

"Aku memiliki bukti autentiknya."

"Whatever. Wanna something?" tanya saat ia membuka lemari es.

"Nope. Aku tidak berselera. Perutku penuh dengan rasa gugup."

Kate tak tahan untuk memutar bola matanya. "Astaga, siapa yang akan meragukan seorang Gabriela Morris, si lulusan terbaik IT."

"Tapi Kate, sainganku sangat banyak. Mungkin mereka dua ribu kali lipat lebih hebat dariku."

"Tapi jarang yang memiliki jiwa ambisius sepertimu. Kemana semua nyalimu, hm?" tanya Kate dengan menyodorkan sebuah sandwich.

"Aku benar-benar tidak bersele--aam." Gabriela terpaksa mengunyahnya karena Kate menyuapinya. "Ini benar-benar pengalaman pertamaku, Kate."

Gabriela yang baru saja lulus dari Stanford University langsung datang ke London untuk melamar pekerjaan di perusahaan raksasa, E-life yang bergerak di bidang teknologi informatika. Alasan lain ia memilih London karena kecintaannya pada tempat lahirnya penyihir kecil favoritnya. Harry Potter.

"Tenang saja. Kau hanya harus menjawab pertanyaan yang diajukan dengan lugas dan meyakinkan."

"Apa kau juga melakukan hal itu?"

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang