°19°

306 17 6
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

"Kate sempat marah karena aku mengkhianatinya."

"Aku bisa membayangkan seberapa kecewanya dia." gumam Andrea setengah tersenyum menahan geli.

Setelah adegan panas di senja tadi, keduanya kini telah duduk bersisian di meja makan menikmati makan malam sederhana yang dibuat Gabriela dengan gadis itu yang menceritakan drama singkat soal kepindahannya ke istana milik Andrea ini.

Gabriela menyelipkan anak rambut yang masih setengah kering ke belakang telinga. "Mungkin dalam waktu dekat aku harus mengunjunginya, sambil merayakan pesta sambutan rumah baru."

Andrea yang masih mengunyah makanannya pun mengangguk pelan setuju akan ide tersebut, "Aku akan mengantarmu."

"Thanks, Andrea." katanya dengan senyuman terbaik yang ia pasang. Gabriela selalu tampak memikat meski dengan rambut yang disisir kilat dan kemeja putih kebesaran milik sang kekasih.

Ponsel Andrea yang tak pernah lepas dari jangkauan pria super sibuk itu bergetar, membuat Andrea menyudahi makannya. Ia mendorong piring yang masih berisi makanan yang belum habis semua. Ia berkata, "Beristirahatlah, urusan ini akan memakan waktu lama." sambil mengecup ubun-ubun kekasihnya.

"O-oh, oke." balas Gabriela sambil mengangguk lesu.

Dan Andrea pun sudah berlalu menghilang di pintu yang tersembunyi di ujung ruangan. Yang hanya bisa Gabriela lakukan adalah menghela nafas dan mencoba memahami bagaimana kehidupan seorang CEO dengan segudang kesibukannya. Kemudian, ia menumpuk piring beserta gelas wine sisa makan malam dan membawanya ke mesin cuci piring.

Kebingungan serta kebosanan karena di tempat baru, ia memilih duduk-duduk santai sambil menggonta-ganti saluran televisi tanpa minat. Ia berusaha membunuh waktu menunggu Andrea menyelesaikan urusannya. Tidak ada yang layak untuk ditonton di televisi. Namun hingga 15 menit kemudian masih belum ada tanda-tanda kehadiran pria itu.

"Tidak mungkin ia tertidur di ruang kerjanya 'kan?" gumam Gabriela pada dirinya sendiri.

Setelah itu ia memutuskan untuk menaiki anak tangga yang akan membawanya ke kamar Andrea. Mungkin selagi menunggu Andrea baiknya ia mandi lagi demi mengusir aroma bawang yang tersisa.

Ia kembali berada di kamar Andrea --yang anehnya sekarang menjadi salah satu tempat favoritnya, entah bagaimana. Jejak nikmat aroma Andrea menguar kuat di setiap sudut ruangan yang lebih besar daripada apartemen kecilnya bersama Kate --bagai candu baginya. Ia betah berlama-lama di dalamnya dan membaui nikmat surgawi ini. Sebelumnya, saat ia pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini ia belum sempat mengeksplor keseluruhan isi ruangan ini. Maka ia melancarkan aksi itu sambil mencari dimana Andrea menyimpan pakaiannya.

Namun seketika saat ia memasuki walk-in-closet milik Andrea, ia dibuat terperangah kaget melihat deretan gaun dan pakaian mahal yang berbagi tempat dengan kemeja dan jas milik Andrea. Apa Andrea menyiapkan semua ini untuknya? Hampir saja ia jatuh terjengkang karena perubahan drastis ini. Tangannya menyapu lembut kain yang dari bahannya sudah terasa betapa mahalnya. Ia melihat salah satu gaun malam berbahan tipis yang masih berbandrol dan angka yang tercetak membuatnya hampir pingsan di tempat. Ini setara dengan uang sewa apartemen kecil-nya selama satu tahun.

Belum lagi ada satu lemari baru yang berisi tas dari Chanel hingga LV yang berderet dan nampak berkilau tertimpa lampu temaram. Ini persis seperti yang selalu ia idam-idamkan, walk-in-closet versi impiannya.

"Do you like that?"

Gabriela meloncat kaget karena mendengar dengkuran rendah Andrea yang tiba-tiba menyapu telinganya. Ia mengatur degup jantungnya yang sempat meningkat dan kemudian angkat suara. "Kapan kau menyiapkan semua ini?"

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang