--Follow penulisnya, votement ceritanya
.
"Astaga bocah sialan itu!"
"Kate... honey, relax."
"Bagaimana bisa aku tenang, si bodoh itu tidak pulang dan ponselnya tidak aktif."
Alex yang tengah duduk-duduk santai di ruang televisi dengan bertelanjang dada hanya bisa menggaruk pelipisnya melihat Kate yang mondar-mandir bagai puting beliung yang menghalanginya yang tengah menonton berita pagi.
"Aku sudah tahu kalau Andrea Felton itu sama seperti pria brengsek di luar sana!" Kepalan tangannya semakin mengetat.
"Katherine sayang, kau hanya belum mengenalnya."
"Awas saja kalau ia berani berbuat apa-apa pada little Gab, akan kupastikan kalau aku sendiri yang akan menggali liang kubur untuknya."
Alex pun beranjak dan menarik Kate agar duduk lalu ia memijat-mijat bahu Kate yang kaku. "Tenang, Gab sudah dewasa. Dia pasti bisa menjaga dirinya sendiri."
Helaan nafas yang berat terdengar dari Kate. Penampilannya kacau dengan rambut yang dicepol asal-asalan serta kaus putih milik Alex yang sudah kusut.
Dan objek yang tengah mereka bicarakan akhirnya muncul di balik pintu dengan cengiran sok polos. Ia melangkah ragu-ragu saat memasuki kandang singa yang aumannya sampai terdengar ke ujung tangga.
Tamatlah riwayatmu, Gabriela Morris!
Kate nampak mengerikan dua kali lipat. Tangannya yang terlipat di depan dada, matanya yang memancarkan laser pembunuh, serta aura horor yang menguar kuat membuat Gabriela buru-buru bersimpuh di bawah kaki seorang Katherine Scott.
"Kate~" rayunya dengan suara yang dibuat mendayu-dayu.
Kate masih bergeming. Sementara Alex menyaksikan dengan was-was. Bingung harus memihak kubu yang mana jikalau harus ada pertumpahan darah.
"Oh ayolah Kate... jangan marah, oke?!" Suara Gabriela mulai bergetar karena panik yang melanda.
Akhirnya setelah keheningan yang mengerikan, Kate pun angkat suara. "Apa Felton brengsek itu melakukan sesuatu padamu?!"
"Apanya yang sesuatu?" cicitnya malu-malu.
Sontak saja Kate berdiri dari duduknya. Tangan Alex yang berusaha menahan pun ditepisnya seperti angin lalu. "Aku tahu kau mengerti apa yang ku maksud, kita sudah sama-sama dewasa. Jadi benar dia sudah memperawanimu?!"
"Kate!" Gabriela memekik malu karena Kate menyuarakannya begitu frontal.
"Oh, come on just answer, Gabriela!"
"N-no... Kate."
"Heh?"
Bagaimana ia mengatakannya, ya? "Um-- Andrea... belum menyentuhku."
Perlahan amarah Kate reda dan sekarang berganti dengan dirinya yang kebingungan. "Maksudmu... kalian tidak--"
"Hampir sih, sebenarnya. Hanya beberapa kali ciuman."
Kali ini Alex yang bersuara, "Aneh, mana mungkin Andrea melewatkan santapan sedap sepertimu?"
Kate menyipit sinis dengan pemilihan kata yang digunakan Alex. Alex langsung gagap dan hanya bisa cengengesan tak jelas membalas delikan tajam kekasihnya.
"Mungkin... karena banyak gangguan?"
Hening sesaat dan tiba-tiba tawa Alex meledak hingga mampu menggetarkan seisi apartemen. "Lucu sekali membayangkan kalian sedang fore-play dan tiba-tiba ada... ada, hua-haha!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]
Romance[PART LENGKAP] ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ‼️18+‼️ Bodohnya aku yang bertahan denganmu yang memenjarakanku. "Ini bukan cinta, tapi obsesi. Kau tidak pandai mencintai kau hanya piawai mengekang." "Kau tidak membutuhkan orang lain. Bergantunglah hanya padaku se...