--Follow penulisnya, votement ceritanya
.
Meski dilarang keras, tapi Gabriela tetap bersikeras untuk menjemput Andrea saat tiba pada hari kedatangannya. Andrea sudah menolak tegas, namun Gabriela tak bisa dilunakan jika sudah berkehendak. Jadinya ia ke bandara dikawal Gia dan serombong pengawal lain --yang bagi Gabriela ini terlalu berlebihan.
Entah dapat ide darimana, tiba-tiba Gabriela berkeinginan besar menjemput pujaan hati di bandara bagai di film romansa. Sepanjang perjalanan ia tak bisa menahan cengiran dan sering kali mengecek ponsel --memantau waktu.
Tiba di bandara, Gia menggiring Gabriela ke ruang tunggu VIP. Tapi di sana kejutan yang sesungguhnya disuguhkan.
Andrea sudah duduk bertumpang kaki berdiskusi dengan Ben.
"Andrea!" jerit Gabriela cempreng saking girangnya menemukan Andrea.
Pria itu terkekeh seraya bangkit merentangkan tangan menyambut pelukan Gabriela. Lewat gerakan matanya ia mengusir Ben dan Gia.
"Apa kabar sweety?"
Gabriela mendorong Andrea, "Kenapa kau sudah datang?"
Tangan besar Andrea hinggap di ubun-ubun sang kekasih. "Mana tega aku membiarkanmu menunggu."
"Tapi kau berbohong." sungut Gabriela tak terima karena rencananya gagal.
"Oke, maafkan aku. Aku siap menerima segala hukumanmu." kata Andrea dengan seringai tipis.
Gabriela menerima tantangan Andrea dengan hati meletup-letup. Malam-malam panjang dan dinginnya sudah berakhir. Benjolan di perut menggelepar setuju.
"Hukuman yang pertama, temani aku makan."
Andrea memicing tak suka, "Ini sudah lewat waktu sarapan."
"Oh ayolah Andrea, kau tahu aku makan banyak 'kan? Wajar aku gampang lapar." Hampir saja Gabriela kelepasan membocorkan soal kehamilannya.
Kabar bahagia ini harus disampaikan di waktu yang tepat. Dan Gabriela sudah menyiapkan matang-matang kejutan tersebut.
"Oke. Kita makan sekarang."
"Aku yang tentukan tempatnya."
Rupanya Gabriela mengajak Andrea ke tempat Sabrina. Ini salah satu dari rencananya. Sengaja dia mau pamer kawan-kawan barunya.
Kedatangan kedua sejoli itu disambut oleh Sabrina dan Pierre yang tersenyum lebar. Sabrina yang hangat serta Pierre yang humble tak masalah dengan sikap dingin Andrea --mereka tak begitu terintimidasi. Syukurlah Andrea tak banyak melayangkan protes. Meski bicara seadanya namun setidaknya ia bersikap santai mendengarkan obrolan Gabriela dan temannya.
"Gabriela, apa kau tidak apa-apa?" tegur Sabrina.
Gabriela yang tengah menyuap cheese cake-nya terhenti. "Kenapa?"
"Itu sudah cheese cake ke-tigamu."
Andrea menoleh tertarik dari ponselnya, gantian memegang tangan Gabriela. "Mualmu sudah hilang?"
Tiba-tiba Sabrina membekap mulutnya dramatis dengan mata membeliak sempurna. Pierre yang disampingnya tak kalah kaget melihat ekspresi Sabrina.
"Are you pre--"
Gabriela menendang tulang kering Sabrina dengan panik. "Wah Sabrina!! Cake-mu makin enak."
Dua pria yang tidak paham dengan situasi hanya saling pandang kekasih masing-masing meminta jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]
Romance[PART LENGKAP] ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ‼️18+‼️ Bodohnya aku yang bertahan denganmu yang memenjarakanku. "Ini bukan cinta, tapi obsesi. Kau tidak pandai mencintai kau hanya piawai mengekang." "Kau tidak membutuhkan orang lain. Bergantunglah hanya padaku se...