--Follow penulisnya, votement ceritanya
.
Dua hari sudah Gabriela mengungsi di tempat Kate. Ia memilih bolos kerja, menonaktifkan ponsel dan terus bermuram durja. Berada jauh dari Andrea tak lantas membuatnya merasa aman, namun sesekali gelisah menyapa saat memikirkan apa Andrea pun sama-sama memikirkannya? Andrea tak berusaha menemuinya, hal yang sangat bertolak belakang dari tabiatnya yang senang sewenang-wenang. Namun ia juga sangsi membayangkan Andrea mengamuk lalu mendobrak paksa pintu apartemen Kate, dan setelah itu Andrea akan berakhir di pemakaman terdekat. Kate benar-benar murka pada Andrea.
Melihat kawan sejatinya hanya bermuram durja seharian, Kate pun memutuskan untuk menarik keluar Gabriela untuk mencari udara segar agar pikiran jernih kembali.
"Kate, sungguh aku tidak mau kemana-mana." rengek Gabriela setelah ratusan bujukan Kate.
"Justru itu dengan keluar, pikiranmu akan kemana-mana dan bukannya memikirkan dia saja." Kate bersikukuh, ia sudah mengacak-acak lemari pakaian mencari setelan yang cocok untuk dikenakan Gabriela.
Gabriela yang rebahan malas-malasan sambil telungkup hanya menyaksikan kesibukan Kate yang bagai tornado --berputar kesana-kemari dengan tatapan kosong. Ia lalu menarik selimut menutupi kepala sebagai tanda ia tidak mau mengikuti ajakan Kate. Selimut dan kasur memberikan perlindungan yang nyaman bagi Gabriela saat ini.
Melihat itu Kate langsung menarik paksa hingga membuat Gabriela mengeluh lemah. "Aku hanya ingin membantumu melupakannya. Mana bisa aku bersikap bahagia jika kau murung terus begini." Kate melemparkan serangan merajuknya.
Gabriela menerima serangan itu, "Kate sungguh, aku hanya ingin istirahat saja."
"Apa kau akan keluar dari kasurku jika aku membunuh bedebah itu sekarang?"
Gabriela melotot. "Hei Kate, kau tidak akan melakukannya."
Sorot mata Kate mengeras. "Yes I will."
Gabriela menelan ludah gugup, Kate yang keras kepala dan cenderung gegabah memang sepertinya bisa mewujudkan kata-katanya. Tentunya dia tak mau sahabat sekaligus keluarganya itu terlibat masalah dengan Andrea yang penuh kekuasaan itu. Maka, tak kuasa melawan akhirnya Gabriela pun angkat bokongnya dari kasur yang hangat.
.
.
.Kate benar-benar membuat kepala Gabriela berhenti memikirkan Andrea Felton. Ia membawa Gabriela jauh-jauh ke jantung kota London ke kawasan perbelanjaan elit, Bond Street.
"Kate, semuanya tampak berkilau dan mahal." kata Gabriel terpesona ketika melewati etalase-etalase yang memajang koleksi barang mewah. Tempat ini memang terkenal sebagai lokasi belanja mewah di Inggris.
Kate kegirangan melihat sinar di mata Gabriela kembali hidup. "Kau senang?"
"Ya.. ya, tentu saja. Bisa melihat-lihatnya saja membuat hatiku ringan." Binar di mata Gabriela tak dapat disembunyikan. Sendu yang membelenggu seketika sirna dan Kate dibuat sumringah karenanya.
"Ho-ho... kita bukan hanya akan lihat-lihat, tapi akan membuang-buang banyak uang hari ini."
"Kate!" protes Gabriela sebelum tangannya ditarik paksa masuk ke Prada.
Kate benar-benar menjelma jadi mesin pembobol rekening dengan merampas isi pajangan limited yang dipajang oleh brand-brand kenamaan. Tentu saja meski awalnya enggan, naluriah seorang wanita yang gemar berbelanja meronta-ronta pada diri Gabriela hingga ia tak sadar sudah mengeluarkan sejumlah uang untuk sepasang heels dari LV, beberapa dress dari brand berbeda dan yang paling ia tak percayai adalah ia membeli lingerie seharga 58.65 poundsterling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]
Romance[PART LENGKAP] ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ‼️18+‼️ Bodohnya aku yang bertahan denganmu yang memenjarakanku. "Ini bukan cinta, tapi obsesi. Kau tidak pandai mencintai kau hanya piawai mengekang." "Kau tidak membutuhkan orang lain. Bergantunglah hanya padaku se...