°18°

318 15 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Wajah Kate mengerut dengan bibirnya yang tak berhenti bersungut-sungut saat melihat Gabriela yang mengepak barang-barangnya.

"Aku baru saja mencetuskan ide itu dan kau sudah siap untuk meninggalkanku."

Gabriela mendesah pelan, sulit membujuk Kate yang dalam mode merajuk titisan setan neraka terdalam. "Kate, aku tidak meninggalkanmu, kita masih bisa bertemu--"

"Tapi kau lebih memilih tinggal bersama Tuan Kaya Raya itu daripada ikut bersamaku."

"Kau 'kan tinggal bersama Alex, aku tidak mungkin selamanya jadi obat nyamuk diantara kalian."

Kate nampak berpikir sejenak, lalu ia mengangguk samar dengan wajah serius. "Oke, akan kusuruh Alex untuk mencari apartemen lain."

"Oh no Kate, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin memberikan kalian waktu yang leluasa."

Sebelah alisnya naik dengan tampang curiga, "Bukan karena kau yang ingin bermesraan lebih leluasa dengan Tuan Kaya Raya itu?

"Kate!"

"Miss Morris, apa ada barang lain yang akan dibawa?" tanya Ben menyela muncul di ambang pintu yang diutus Andrea untuk mengangkut barang-barangnya.

"No, Ben. Semuanya sudah." Memang tidak banyak barang yang Gabriela miliki, hanya dua koper berisi pakaian dan peralatan khas wanita lainnya dan beberapa buku.

Ben mengangguk singkat dan menjinjing tas terakhir milik Gabriela, "Saya tunggu di bawah."

"O-oke, thanks Ben." katanya tulus dengan senyum kaku.

Selepas kepergian Ben, Kate berdecak dengan tatapan menyelidiki. "Well, bagaimana rasanya kembali menjadi tuan puteri dengan didamping seorang pengawal?"

"Kaku, canggung, tidak biasa, aneh. Pokoknya aneh ada seseorang yang memanggilmu hormat dan selalu membungkuk rendah."

"Kau tidak ingat masa kecilmu dulu pernah begitu?"

Gabriela mengangkat bahu acuh, "Aku anggap masa-masa itu hanya bunga mimpi. Menjadi orang biasa-biasa saja sepertinya lebih cocok denganku. Meski aku tak menolak dengan semua hal berbau kemewahan."

"Matrealistis! Well, karena aku sudah tidak bisa menahanmu lagi ini saatnya untuk kau pergi. Aku yakin Tuan Kaya Raya tak sabar menunggumu."

"Kate." balas Gabriela dengan wajah tersipu.

"Sudah sudah, jangan lupa menghubungiku kalau ada apa-apa."

"Tentu Kate."

Kemudian Gabriela memberikan pelukan panjang perpisahan pada Kate.

"Take care, babe!" pesan Kate saat melepaskan pelukan itu.

"Sure, bye."

.
.
.

Kini, Gabriela telah berdiri di tengah-tengah ruang tamu Andrea yang sepi dan sunyi tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Ruang tamu ini dihuni sofa-sofa empuk yang nampak menggoda untuk dijamah. Ada tangga yang akan membawa ke lantai dua serta di satu sisi sebuah dapur dibuat dengan konsep terbuka dengan empat kursi berkaki tinggi sebagai tempat makan. Untuk ukuran dapur seorang bujang, terlihat rapi meski Gabriela sangsi Andrea bisa menggunakan tempat itu dengan baik.

 Untuk ukuran dapur seorang bujang, terlihat rapi meski Gabriela sangsi Andrea bisa menggunakan tempat itu dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang