°26°

206 14 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

"Jas, apa tidak apa kau yang mengemudi? Menepilah, biar aku saja."

"Aku baik-baik saja, Gab."

Saat Gabriela menyetujui permintaan Jason, ia mengira Jason akan memintanya untuk mengantarkan ke rumah sakit. Maka ia merasa sangsi karena sang pasien sendiri yang menyetir di balik kemudi.

"It's ok."

Gabriela pun tak berdebat dan membiarkan Jason tetap mengemudi. Kejanggalan tiba-tiba datang ketika Jason tetap lurus sementara papan jalan yang menunjukan rumah sakit terdekat sudah terlewat di belokan sana. Langsung saja Gabriela menyerukan keheranannya.

"Jas, kita akan kemana?"

Jason bungkam. Tampak rahangnya yang mengetat serta sorot tajam di mata hitamnya. Tatapannya lurus ke depan tanpa menoleh tak peduli pada Gabriela yang berwajah kebingungan.

"Jason, what the hell are you doing?! Where we go?!" Nada suara Gabriela meninggi, ia bukannya apa-apa, ia cemas karena diyakini kondisi Jason belum sepenuhnya pulih.

"Please, Gab." bisiknya pelan.

"What?!"

"Just shut up and I promise, I won't hurt you."

Seketika perasaan panik mulai menyusup di hati. "Bagaimana aku bisa tenang sementara kau bertingkah aneh seperti ini?!" lengkingnya.

Tiba-tiba Jason membanting stir dan mobil berdecit hingga membuat Gabriela terdorong ke depan. Mungkin ia akan mengalami gegar otak ringan jika tidak ada sabuk pengaman yang menahan kepalanya agar tidak membentur dashboard.

"Jason!"

"I'm sorry, Gab."

Dan Gabriela tidak bisa bernafas karena dibekap dan hidungnya langsung mencium bau yang menyengat hingga perlahan membuat ia merasakan kantuk yang luar biasa dan dunianya menggelap seketika.

.
.
.

Sementara itu, di gedung tertinggi perusahaan IT raksasa tampak Andrea yang serius sedang membaca sesuatu di map hitam. Fokusnya tajam dan konsentrasinya sempurna. Namun, beberapa detik kemudian keheningan itu terganggu karena getaran ponsel-nya yang membuyarkan konsentrasi penuhnya. Andrea mengabaikannya saat melihat nomor telepon yang asing. Satu panggilan terlewat begitu saja.

Panggilan dari nomor yang sama kembali masuk merusak mood Andrea yang sudah hancur semakin berantakan. Ia menghela nafas dan berusaha mengacuhkannya kembali. Namun, setelah panggilan itu berhenti tiba-tiba sebuah pesan masuk sukses menarik perhatiannya. Ia segera membuka pesan itu.

Lima detik kemudian ia berseru lantang, "Ben! Siapkan mobil!"

.
.
.

Gabriela membuka matanya yang masih terasa berat. Ia memfokuskan pandangan dengan pencahayaan yang redup. Serbuan bau apek yang menyengat serta campuran bau cerutu dan minuman keras membuat hidungnya mengernyit. Dan segera ia tersadar kalau tangannya dalam kondisi terikat di belakang tubuh. Gabriela berusaha menarik ikatan simpul yang kuat, namun usahanya sia-sia karena itu tidak berpengaruh apapun. Tubuhnya pun terasa lemas seperti habis mendaki gunung seharian.

"Jason! Dimana kau?! Apa yang kau lakukan padaku?!" teriak Gabriela yang suaranya menggema di dalam ruangan yang pengap ini.

"Sialan, dimana kau?!"

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang