--Follow penulisnya, votement ceritanya
.
"Apa kegiatanmu hari ini?"
"Entahlah, setelah bekerja keras rasanya aku ingin tiduran seharian saja, ditemani Harry tentunya."
"Berhenti menonton film penuh imajinasi seperti itu. Lagipula kau sudah menontonnya lebih dari 100 kali."
Gabriela melotot, "No.. um not yet. Belum sebanyak itu. Tapi... as soon as possible."
"Bagaimana kalau kau ikut denganku?"
"Kemana? Museum Harry Potter?!"
Kate menyentil kening Gabriel, "Mana mungkin. Cepat berpakaian saja." Ia pun berbalik tanpa menoleh lagi pada Gabriel yang memonyongkan bibirnya.
Ternyata Kate membawa Gabriela ke sebuah panti asuhan. Kate memang bernasib sama dengan Gabriela, dia telah kehilangan orang tuanya. Sebenarnya hanya sang ibu yang telah tiada karena kecelakaan tabrak lari namun ayahnya juga malah ikut-ikutan melarikan diri meninggalkan tanggung jawab dan tega membiarkan puterinya yang baru berusia 10 tahun untuk tinggal bersama neneknya.
Lain halnya dengan kasus yang dialami Gabriela Morris. Mr. dan Mrs. Morris dinyatakan tewas akibat kecelakaan yang terasa serba ganjil, seolah-olah ada dalang yang memprakarsai kecelakaan itu. Gabriela kecil yang baru berusia tujuh tahun tidak mengetahui apapun dan hanya bisa menangis meraung di pusara kedua orang tuanya. Bahkan sanak saudara pun tak banyak menjelaskan dan serempak meninggalkan Gabriela.
Akhirnya nenek Katherine lah yang merawat Gabriel. Nenek tua itu telah menganggap Gabriela seperti cucunya sendiri, makanya ia dengan senang hati turut andil dalam menjaga Gabriela hingga ia cukup besar dan mampu bertahan hidup seorang diri.
"Apa kabar nenek?"
"Baik, masih enerjik meski kadang ia sering mengeluh soal kesehatannya yang menurun."
Mereka berdua berjalan menyusuri jalanan yang diapit pohon pinus untuk menuju gereja St. Anthony tempat dimana sang nenek menghabiskan masa tuanya dengan menjaga anak-anak polos yang ditinggal pergi orang tuanya.
Memasuki lapangan luas gereja tersebut, mereka melihat banyaknya kesibukan di sana-sini. "Kate... kenapa ramai sekali? Memangnya ada acara apa?"
"Setiap hari minggu memang selalu ada acara Holy Sunday tapi kenapa banyak sekali truk begini?"
"Kak Katherine!" seru salah seorang remaja dengan senyum cerah di wajahnya yang baby face.
"Davis!" Mereka berpelukan singkat, "Ada apa dengan semua kehebohan ini?"
"Seorang pengusaha muda yang sukses menggalang acara amal."
"Charity?"
"Yeah. Banyak sekali yang mereka bawa untuk kami."
Sementara Gabriel yang sibuk memperhatikan orang-orang, mulai tertarik kepada dua pria yang nampaknya akan menggantungkan sebuah spanduk di atas podium kecil. Ia berusaha menyipitkan matanya untuk melihat nama penyumbang acara ini. Dan lima huruf itu sukses membuat Gabriela menutup mulutnya karena terkejut.
"... itu di sana, pria yang aku maksud."
Meski bukan ditujukan pada Gabriela tapi gadis itu ikut-ikutan mengikuti kemana arah telunjuk anak bernama Davis tersebut mengarah. Dan ia memekik tertahan melihat penampakan pria yang melintasi lapangan dan menghilang di balik pintu panti.
"Andrea Felton?!" Kate menyuarakan isi pikiran Gabriel.
.
.
.Menyingkir sejenak dari keterkejutan atas kedatangan Andrea Felton, sekarang Kate dan Gabriel bergabung dengan sang nenek untuk membuat makan siang. Setelah temu sapa dan saling bertukar kabar, sang nenek segera menyeret dua cucu kesayangannya itu hingga tidak ada kesempatan bagi keduanya untuk menganggur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]
Romance[PART LENGKAP] ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ‼️18+‼️ Bodohnya aku yang bertahan denganmu yang memenjarakanku. "Ini bukan cinta, tapi obsesi. Kau tidak pandai mencintai kau hanya piawai mengekang." "Kau tidak membutuhkan orang lain. Bergantunglah hanya padaku se...