--Follow penulisnya, votement ceritanya
.
Derasnya hujan mengguyur kota membuat semua basah dan dingin. Sesekali petir menyambar dengan kilat-kilatnya yang dahsyat. Alam seperti tengah mengamuk malam ini, menghukum orang-orang di bawahnya.
Kate tidur tidak nyenyak dibuatnya. Selain cuaca yang ekstrem, pikirannya juga tak lepas dari Gabriela. Perasaan sesak dan tak nyaman di ulu hati kerap terasa disaat ia mengingat Gabriela yang menjadi budak cinta si Felton.
Gerakan di sampingnya membuat Kate teralih pikirannya.
"Babe, kenapa belum tidur?" bisik Alex dengan suara seraknya. Matanya menyipit karena lampu samping nakas masih menyala.
"Hm, aku tidak bisa tidur." jawab Kate singkat, tanpa mengalihkan pandangan pada kekasihnya itu.
Alex menarik Kate dalam dekapannya seraya membalut Kate dalam selimut. "Tidurlah. Hari ini tampak mengerikan."
Kate yakini, esok hari akan lebih mengerikan daripada badai hujan begini. Karena ia sudah menyusun strategi dengan mempertaruhkan keselamatannya untuk melepaskan Gabriela dari cengkraman Andrea.
.
.
.Setelah berkecamuk semalaman, Kate benar-benar sudah mantap dengan keputusan besarnya. Jantungnya berdebar hebat meski ia belum bertindak pun. Semalan ia berpikir keras dan jelas menyadari ia tidak bisa diam saja tanpa berbuat apapun untuk Gabriela, sahabat sekaligus keluarga kesayangannya.
Meski berulang kali dikecewakan dan dipermalukan, namun tidak betul tindakan menutup matanya melihat Gabriela mati perlahan di tangan Andrea. Tinggal satu klik di jari telunjuk dan Kate memelas dengan iba agar dunia peduli dan membantu dia menyelamatkan Gabriela.
Iya. Kate dengan tekadnya yang kuat memanfaatkan kekuatan sosial media dengan menyebarkan keburukan soal Andrea Felton, sang pemimpin perusahaan raksasa yang termahsyur sejagat Inggris. Kate yakini Andrea tidak sempat mengantisipasi perbuatannya, karena ini langkah spontan yang Kate harap dapat membuat kegemparan hingga Andrea Felton kelabakan dan akhirnya Kate berkesempatan menyelamatkan Gabriela dari cengkraman tirani itu.
Dengan harap-harap cemas, ia menunggu respon publik terhadap cuitan dirinya tentang Andrea dan kebusukannya. Ia sampai berulang kali me-refresh untuk melihat perkembangan serangan yang ia jatuhkan.
Namun karena saat ini ia sedang di kantor, jadinya Kate tidak bisa berdiam diri harap-harap cemas memelototi layar komputer karena banyak yang harus ia kerjakan. Maka dari itu, ia pun meninggalkan mejanya karena harus segera meeting tanpa sempat menutup laman yang ia pantengi sejak tadi.
.
.
.Berminggu-minggu lamanya terasa bagai satu abad bagi Gabriela. Kini ia tak ubahnya seperti Barbie hidup yang dipajang di kotak kaca. Hanya saja tidak ada Barbie yang sekacau dan sepucat Gabriela yang di wajahnya tidak ada rona-rona merah sama sekali. Seolah-olah tidak ada darah yang mengalir di balik tubuh kecil yang kian hari makin mengering itu.
Setelah melayani Andrea dan nafsunya yang menggebu-gebu, Gabriela ditinggal begitu saja dengan keadaan telanjang dan meringkuk ketakutan. Pria berhati keji dengan segudang panggilan di pagi hari itu amat sibuk namun tak membuat Gabriela terbersit sedikitpun alasan kenapa Andrea pergi tergesa-gesa dan melewatkan kesempatan untuk menghajarnya di ronde kedua. Gabriela cuma bisa berkedip lemah sebagai pertanda nyawanya masih berada di dalam tubuh rusaknya.
Setelah cukup lama berdiam diri di bawah selimut tebal, Gabriela memaksakan diri bangkit karena panggilan alam. Ia menggapai jubah tidur dan memakainya alakadar dan berjalan lambat dengan langkah yang terasa melayang. Di dalam kamar mandi, ia melihat pantulan dirinya di kaca besar dan meringis ngeri melihat betapa kacau dirinya. Ia sentuh wajah cekungnya dengan jemari runcingnya yang putih pucat kurang asupan sinar matahari. Mata yang sedang balas menatapnya itu nampak terlalu besar dengan kantung mata tebal tanpa ada sorot kehidupan di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]
Romance[PART LENGKAP] ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ‼️18+‼️ Bodohnya aku yang bertahan denganmu yang memenjarakanku. "Ini bukan cinta, tapi obsesi. Kau tidak pandai mencintai kau hanya piawai mengekang." "Kau tidak membutuhkan orang lain. Bergantunglah hanya padaku se...