°38°

132 7 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

"Camelia, ini kau nak?"

Dengan wajah sumringah, wanita yang dipanggil Camelia itu mengangguk semangat lalu merangkul Mrs. Felton lama. Bahkan Mrs. Felton mengetatkan pelukan seraya memberikan usapan lembut di punggung Camelia. Keduanya bagai lupa sekitar dan larut dalam pertemuan yang penuh kerinduan.

Jangan tanya bagaimana keadaan Gabriela. Dia bermuka pucat dengan mata membulat sempurna. Tubuhnya kaku melihat wanita yang hanya ia tahu namanya kini tanpa permisi datang menunjukan wujudnya ke hadapannya. Baru saja semalam ia membicarakan wanita tersebut. Sekarang bagai sulap dia muncul di depan mukanya.

Gabriela bagai terhipnotis dan tak bisa melepaskan pandangan barang sedetik pun dari sosok yang terlihat nampak familiar. Bahkan tanpa sadar ia menyentuh rambutnya yang berwarna identik.

Pelukan mereka lepas akhirnya. Keduanya masih belum sadar kondisi dan masih saling melempar senyum cerah. Di balik punggung Mrs. Felton, Camelia menolehkan kepalanya dan matanya bertubrukan dengan Gabriela. Buru-buru Gabriela menguasai diri dan memasang senyum kaku.

Mrs. Felton menyadari arah pandang Camelia. "Oh sayang, aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang. Dia--"

"Kau di sini."

Suara bariton rendah itu menyapu telinga Gabriela yang membawa kesadaran dirinya. Andrea sudah kembali dan tangan besarnya melingkar posesif di pinggang rampingnya. Gabriela menoleh untuk membalas Andrea, namun ia menemukan kalau kata-kata itu bukan untuknya, melainkan untuk wanita elok yang berdiri menatap lekat kekasihnya. Jangan lupa Andrea juga memandang Camelia tanpa kedip begitu lama, seperti tersihir cinta pertama. 

"Mrs. Felton mengundangku, sekalian aku juga menemani suamiku perjalanan bisnis kesini."

"Sekali lagi, aku ucapkan selamat atas pernikahanmu." Andrea mengulurkan tangan pada Camelia yang langsung disambut hangat sang empunya yang berwajah anggun serta memancarkan kesan eksklusif.

Aku ingin menarik tangan Andrea dan memamerkan taring pada wanita itu. Begitu kiranya gerutu Gabriela.

Dan apa kata Andrea tadi? Menikah? Jadi sang mantan kekasih sudah menemukan pelabuhan terakhirnya? Namun kenapa Andrea masih memasang wajah kakunya itu? Apa pria ini masih belum merelakan mantannya berbahagia dengan yang lain?

Beragam pertanyaan itu berseliweran di pikiran Gabriela hingga rasanya ia harus duduk karena tak kuat menopang kakinya. Gerak-gerik Gabriela itu ditanggapi cepat oleh Andrea.

"Aku ingin pulang cepat." desis Gabriela pada Andrea.

Ia tidak tahan berlama-lama dengan sosok Camelia yang cantik jelita dengan senyum menggodanya. Terlebih Mrs. Felton sepertinya sangat berfokus pada wanita itu, membuat dirinya merasa tersingkir.

Andrea sontak menolak tegas permintaan Gabriela, karena ia sudah merencanakan sesuatu untuk sang kekasih. "Tinggalah lebih lama."

Gejolak asam lambung memperparah keadaan Gabriela. Rasanya ia ingin menangis berlari dari sini.

"Sekarang." tegasnya, tak ingin dibantah.

Camelia yang belum sempat berkenalan dengan gadis yang dirangkul posesif Andrea tampak bertanya-tanya siapa kiranya. Namun karena Mrs. Felton terus mengajaknya mengobrol jadi ia urungkan bertanya soal gadis pucat yang seperti tengah menahan sembelit.

Andrea menghadapi pergolakan batin, harapan membuat sang kekasih menangis terharu sepertinya tidak akan terwujud kalau Gabriela sudah merajuk begini.

"Mom, sepertinya aku harus pulang cepat."

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang