--Follow penulisnya, votement ceritanya
.
"Kau menjanjikan aku tidur nyenyak, nyatanya kau membuatku tak berkutik sepanjang malam --dan sepanjang siang." keluh Gabriela ketika bersandar di bahu kokoh Andrea.
Kini keduanya telah duduk di jok belakang saling berangkulan sementara Ben sedang memasukkan koper kecil berisi pakaian keduanya dalam bagasi. Untuk sesaat pikiran konyolnya menebak-nebak apa supir pribadi kekasihnya itu tidak pernah istirahat? Melihat betapa Ben selalu bersiap sedia kapan pun Andrea memerintahkannya.
Andrea menghirup dalam-dalam surai Gabriela yang memiliki bau paling nikmat di sepenjuru dunia. "Kau terlalu menggoda untuk dianggurkan begitu saja."
"Mesum." Gabriela mencubit gemas pinggang Andrea.
Pria itu membalas dengan kekehan ringan. "Tidurlah, aku akan membangunkanmu kalau sudah sampai."
Gabriela membenahi kepalanya untuk mencari posisi ternyamannya di cerukan leher Andrea yang kokoh dan menguarkan aura jantan yang mengundang liur. "Sepertinya aku memang akan langsung tertidur. Tapi, sebelumnya... maukah kau berjanji sesuatu padaku?"
Leher Andrea menegang seketika. Andrea pun nampak merenung sejenak sebelum memutuskan untuk mengiyakan atau menolak permintaan Gabriela. Namun, sebagai pria sejati tidak mungkin ia tega menolak keinginan wanita yang paling ia kasihi. Mungkin permintaan Gabriela juga bukan yang aneh-aneh jadi ia segera mengangguk sebagai jawabannya.
"Kau berjanji akan menepatinya?"
"Aku akan mempertaruhkan hidupku." janjinya sarat akan kesungguhan.
Senyum cerah menyembul di wajah Gabriela. "Kalau begitu, berjanjilah padaku untuk selalu berkata jujur apapun masalah yang kau hadapi. Sekarang karena aku sudah memberikan semua yang kupunya padamu jadi sebagai imbalannya kau harus terbuka kepadaku. Bisa kau melakukannya?"
Ternyata permintaan yang sangat sulit. Bagaimana ia bisa terbuka dan mengatakan jati dirinya yang sesungguhnya pada wanita lemah lembut ini? Ketakutannya akan kehilangan Gabriela selalu menghantui malam-malam sepinya. Bisakah ia menepati janji itu?
"Andrea?"
Tangan besarnya meraup kepala Gabriela dan menyusupkannya ke dalam dadanya. "I promise."
Gabriela tak tahan untuk tersenyum, "Thank you, Andrea."
"Sekarang tidurlah, kekasihku satu-satunya."
Sebelum terbuai kata-kata manis itu, Gabriela mengangkat wajahnya dan memberi kecupan singkat di bibir Andrea. "I love you." Sepertinya ia tidak akan pernah bosan mengatakannya.
Andrea mengetatkan rangkulannya di pinggang ramping Gabriela, membuat wanitanya itu hampir seperti duduk di pangkuannya. Tindak tanduknya begitu posesif dan begitu mendominasi. Mungkin sepertinya ia akan dengan senang hati berseru lantang ke seluruh alam jagat kalau wanita cantik sejuta pesona ini adalah miliknya, hanya miliknya seorang.
Ponsel di tas Gucci milik Gabriela terasa bergetar membuat Andrea harus berhati-hati mengambilnya agar tidak membangunkan bidadari kesayangannya. Ketika Gabriela menggeliat di antara cekungan lehernya, Andrea buru-buru mengecup sayang kening Gabriela agar wanitanya kembali tidur dengan lelap.
Saat berhasil menemukan benda pengganggu itu, seketika rahang Andrea mengetat disertai dengan genggamannya pada ponsel yang seperti ingin meremukannya saat melihat nama pemanggil. Dengan wajah kaku ia mengangkat telepon tersebut.
"Hei, anak baru! Sudah berani bolos rupanya."
"Hello, Mr. Graham."
Di seberang sana, tampak Jason yang menjauhkan ponselnya dan melotot tak percaya atas suara tak asing yang barusan ia dengar. Ia tidak salah dengar, bukan? "Um... Mr. Felton? Dimana Gabriela?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]
Romance[PART LENGKAP] ⚠️KONTEN DEWASA⚠️ ‼️18+‼️ Bodohnya aku yang bertahan denganmu yang memenjarakanku. "Ini bukan cinta, tapi obsesi. Kau tidak pandai mencintai kau hanya piawai mengekang." "Kau tidak membutuhkan orang lain. Bergantunglah hanya padaku se...