°31°

171 8 1
                                    

Bisa yuk kerjasama-nya⚠️

Cerita ini gratis, setidaknya beramal-lah dengan satu vote. Tidak ada ruginya saling membantu. Tapi jika dirasa cerita ini tak layak dibaca apalagi diberi apresiasi, silakan segera tekan tombol kembali. Trms.

.
.
.

"Ahh-- Andreah!" erangan Gabriela terdengar liar dan menggila ditengah remasan brutal tangan besar Andrea yang bergerilya kasar di atas payudaranya yang membusung.

Kecupan yang rakus terdengar begitu jelas mengisi keheningan suite room tersebut. Tak henti-hentinya keduanya saling memagut bibir bak candu itu dengan mengabaikan tubuh dan rambut yang basah sisa berenang tadi. Kalau saja di kolam renang hanya ada mereka berdua, mungkin Andrea sudah menyetubuhi Gabriela saat itu juga. Ingatkan ia untuk mencoba bercinta di dalam kolam.

Tubuh keduanya praktis sudah polos tanpa sehelai benang pun, namun permainan utama belum dimulai. Keduanya masih keasyikan dalam upaya meningkatkan gairah masing-masing. Foreplay yang dimainkan kian memanas.

"Gabriela-- kau adalah penyihir cantik yang membuatku jatuh cinta tanpa perlawanan." bisik Andrea di bibir Gabriela yang basah dengan benang saliva masih terjalin.

Gabriela lantas menyeringai puas mendengarnya dan tergesa-gesa menarik kembali bibir itu untuk saling beradu lagi. Lidah saling menari, beradu untuk saling mendominasi. Bunyi cumbuan dan kecupan rakus bagai simponi yang menggelorakan nafsu keduanya. Dibakar gairahnya yang meledak-ledak, Gabriela berusaha mendorong Andrea hingga posisi berganti, ia ingin berkuasa atas Andrea.

Andrea terkekeh puas melihat keagresifan Gabriela, melihat gadisnya duduk mengangkang di atas kemaluannya membuat gairahnya semakin meletup-letup. Gabriela dengan gerakan sensual menyelipkan di belakang telinga rambutnya yang menghalangi buah dadanya yang ranum dan basah bekas tetesan dari rambutnya. Tanpa buang waktu, Andrea menjamah dua payudara yang menggantung indah itu.

"Ahh~" lenguh Gabriela kenikmatan atas perlakuan Andrea, kepalanya menengadah ke langit-langit dengan tubuh bersorak riang karena libido-nya kian memuncak.

Andrea menyiksanya dengan meremas begitu intens payudaranya yang tak tertampung tangannya --puas betul Andrea dengan ukuran 36-B milik kekasihnya ini-- dan memainkan putingnya hingga membuat keduanya menegang. Ia mencubit dan memilin puting itu dengan gemas yang menambah semarak lolongan kenikmatan Gabriela. Siksaan ini begitu sangat manis.

Sebagai ganti perlakuan Andrea, Gabriela mengambil penis kekasihnya itu yang berdiri tegak, menggenggamnya pelan dan mengocoknya naik turun hingga membuat pemiliknya mendesis keenakan. Tempo kocoknya lambat laun meningkat yang mana membuat Andrea tersedak akan kenikmatannya. Tak puas karena itu, Gabriela lantas mengemut benda tumpul itu dan menelannya hingga menyentuh ujung tenggorokannya. Sesekali mengecup kepala penis serta dua gunukan yang terlihat menggemaskan itu.

"Ugh-- mulutmu sangat nikmat, sayang." bisik Andrea serak dengan menahan kepala Gabriela untuk melanjutkan blow job-nya.

Gabriela melakukan blow job dengan sangat terampil, gigitan dan hisapannya begitu nikmat hingga serangan klimaks mulai menyapa. Dirasa pelepasannya hampir tiba, dengan tak sabaran Andrea menarik Gabriela menjauh dari mainannya. "Aku ingin keluar di dalammu. Menungginglah."

Dengan patuh Gabriela segera menuruti apa yang diminta Andrea. Bokong sintal kemerahan itu tersaji dihadapan Andrea, membuatnya gemas menciumi dan tak tahan untuk tidak menggigit manja keduanya.

"Aw!" pekik Gabriela kaget atas perlakuan Andrea.

"Kau memiliki bokong yang menakjubkan, Miss Morris."

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang