°20°

322 17 3
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Gabriela tak bisa menghilangkan senyum konyol di wajahnya saat melihat kecemasan di wajah Andrea yang tengah mengemudikan mobil begitu cepat seperti kelelawar yang keluar di siang bolong. Ia ngebut seperti tengah syuting film balapan yang terkenal itu dengan tatapan tajam tertuju pada jalanan.

"Berhenti menatapku dengan tatapan mengejek seperti itu." ujar Andrea yang merasa terus diperhatikan semenjak mengemudikan mobilnya bak kesetanan.

"Aku pikir tidak akan pernah memiliki kesempatan melihat wajahmu yang panik. Kegiatan semalam layak mendapatkan bayarannya ternyata."

Apa sebab Andrea mengemudi seperti Dominic Torreto begini? Ternyata ia terlambat mengejar pertemuan dengan salah satu investor luar negeri yang akan segera tiba di bandara. Itu kesalahannya karena menghabiskan sepanjang pagi dengan berlama-lama tiduran sambil memeluk Gabriela dan hampir saja melewatkan bisnis penting yang tidak boleh sampai gagal tekan kontrak.

"Silakan nikmati selagi bisa." balas Andrea sarkas.

Gabriela tak merasa bersalah dan sempat-sempatnya terkekeh saat Andrea kesulitan menyalip truk tanki bensin di depannya. "Turunkan saja aku di perhentian bis selanjutnya."

"Kenapa?"

"Astaga Andrea masa yang begitu saja kau harus bertanya. Ya jelas untuk mengefisienkan waktu. Lagipula kantor dan bandara berlainan arah."

"Tidak apa. Aku bisa mengantarkanmu dan tetap datang tepat waktu ke bandara." katanya dengan penuh keyakinan dan menambah laju si merah menyala.

"Kau ini."

Andrea bersikeras untuk menjemput sang investor sendirian tanpa menyuruh Ben, orang yang paling ia andalkan.

Dan saat Andrea semakin menginjak pedal dalam-dalam, berbarengan dengan pikiran nakalnya yang berkelana jauh. Membuka gerbang kenikmatan dimana hanya ada ia dan Andrea, bercumbu panas di atas kasur dengan sprei yang berantakan. Saling memagut tanpa ada yang mau mengalah diiringi sahutan desahan yang membakar gairah. Tubuh polos saling menempel tak berjarak, membaui aroma masing-masing yang membuat hilang akal akan nafsu yang membara.

Mereka pun tiba di depan gedung E-Life.
"Sudah kubilang bukan?" ujar Andrea sambil tersenyum pongah, lalu ia melirik gadisnya. "Sayang?"

"E-eh?" Gabriela celingukan.

"Apa aku membuatmu ketakutan?" tanya Andrea panik melihat wajah Gabriela merah padam. Ia menangkup kedua belah pipi yang panas itu.

Dengan kikuk dan malu, Gabriela menepis tangan Andrea. "I'm fine." bisiknya parau, salah tingkah karena ketahuan berfantasi yang aneh-aneh.

Helaan nafas berat Andrea terdengar, membuat Gabriela penasaran karenanya. "Ada apa?"

"Aku tidak bisa meninggalkanmu, aku ingin terus bersamamu."

Gabriela memutar bola mata dengan lagak dramatis. "Astaga Andrea, kau berkata seolah-olah kita tidak akan pernah bertemu lagi."

Andrea tak mendengarkan aku, ia lanjut bercerita dengan tangan besarnya yang hinggap di atas lututku yang tak tertutupi rok pensil ketat. "Andai kau seukuran gantungan kunci, akan ku bawa kau kemanapun aku pergi."

Bergerak cepat, Gabriela mencium pipi Andrea. "Apa itu cukup untuk menyemangatimu?"

"Mana mungkin."

Dan Andrea mendesak Gabriela hingga gadis itu bersandar di pintu mobil, pria itu mencubu sang kekasih dengan ganas dan rakus --seolah-olah hidupnya bergantung pada ciuman panas menggelora itu. Untung saja kaca mobil gelap dan menghindari tatapan karyawan yang hilir mudik di sekitar mobil yang terpakir di depan lobi perusahaan.

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang