°30°

199 7 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Pagi itu, Gabriela terbangun dengan suara kesibukan di sekitarnya. Ia menggeliat di balik selimut yang menutupi tubuh polosnya dan telinganya menajam karena mendengar seseorang sedang berbicara. Ia membuka matanya malas-malasan dan menemukan Andrea duduk bersimpuh membelakanginya dengan ponsel menempel di telinga kiri.

"Oke, itu saja. Thanks Ren."

Lalu Andrea berbalik dan mata abu-abu cerahnya langsung menjerat mata sayu Gabriela.

"Morning beauty."

"Good morning, Andrea." balas Gabriela dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Lekas saja Andrea beranjak menghampiri Gabriela, ia duduk di pinggiran kasur dengan tangan besarnya yang membelai hangat lengan atas kekasihnya. "Bersiaplah, sayang."

Baru Gabriela sadari ternyata di tempat Andrea tadi sudah ada koper berisi pakaiannya yang baru setengahnya terisi. "Mau kemana kita?" tanya Gabriela ogah-ogahan, masih belum terkumpul semua nyawanya.

"Seychelles."

"Um?"

Bukannya menjawab kebingungan Gabriela, Andrea malah dengan jenakanya menampar bokong sintal Gabriela dengan senyum miring yang membuat ketampanannya tidak nyata.

"Aw!" pekik Gabriela.

"Ayo bangun pemalas."

Sekali lagi Gabriela menggeliat malas sebelum turun dari ranjang dalam keadaan tanpa sehelai benang pun. Andrea yang menyaksikannya hanya bisa menjilat bibir bawahnya serta jakun yang naik turun melihat pemandangan yang menghadirkan percikan gairah di pagi yang cerah.

.
.
.

Kedua pasangan yang terlihat serasi tanpa bantahan dari sudut manapun itu tampak sedang menapaki undakan anak tangga pesawat jet pribadi yang putih, ramping dan elegan cerminan sang empunya. Para kru pesawat menyambut Andrea dan Gabriela dengan begitu hormat persis seperti dulu saat perjalanan pertama mereka ke Edinburgh. Dan Andrea kembali mengajak Gabriela duduk di kursi yang sama dengan jamuan yang sama pula.

Kali ini tak segan-segan Andrea menuangkan wine ke dua gelas yang tersedia. Sontak saja Gabriela mengernyit namun tak menolak saat Andrea mengulurkan gelas berisi wine tersebut.

"Terakhir kali kau menggeram seperti hewan buas saat aku minum satu tegukan wine." komentar Gabriela sambil menggoyangkan sedikit gelas wine-nya.

Senyum miring mampir di wajah tampannya, sebelum ia menjawab dengan nada bercanda. "Sengaja ingin ku buat kau pingsan."

"W-what?!"

"Perjalanan lintas benua sangat menguras waktu, sayang."

Gabriela balas mengangguk pelan saja sembari menikmati tegukan demi tegukan minuman yang terasa nikmat memenuhi indera perasaanya. Dan perlahan pesawat terangkat dari daratan dengan mulus dan kini mereka telah mengudara menembus hamparan awan putih selembut kapas.

"Andrea." Gabriela bersuara setelah keduanya sibuk dengan dunia masing-masing; Gabriela yang menatap keluar jendela dan Andrea yang begitu khusyuk membelai tab-nya.

"Hm." balas pria tampan itu, masih enggan mengangkat wajahnya.

"Kenapa tiba-tiba mengajakku dalam perjalanan bisnismu?"

"Anggap saja ini liburan atas imbalanmu yang sanggup bertahan denganku sampai saat ini." tuturnya.

"Omong-omong soal yang kemarin, apa yang dikatakan Antonio itu--"

Toxic Relationship: Between Love and Pain [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang