Budayakan vote sebelum baca, dengan cara tekan tombol bintang 🌟 untuk mendukungku agar lebih semangat! Menuju ending 🥺 blm tau sih,, semoga bisa sampai tamat 😁
🌼🌼🌼
Mentari pagi sudah mulai terbit dari arah timur menembus ke sela tirai yang sedikit terbuka. Di luar sana sudah banyak orang yang mulai merajut kehidupan walaupun sedang hari libur, contohnya sepagi ini ada yang memencet bel seraya mengucapkan salam,
"Assalamualaikum, paket!" Teriak seseorang dari depan gerbang. Membuat kedua suami istri yang masih dalam satu selimut itu harus ada yang mengalah keluar.
Entah apa yang habis mereka lakukan yang jelas setelah salat subuh mereka kembali mengunci pintu kamar, padahal sudah jelas di rumah ini tidak ada satu pun manusia selain mereka berdua. Sebegitunya Reyhan menjaga kehormatan sang istri.
Reyhan membuka matanya yang masih terasa lelah, suara di depan begitu bising, mautidak mau dia harus menemui kurir pengantar paket itu, sebelum keluar dia sempatkan untuk menggunakan pakaian yang layak dan tak lupa mengecup kening istrinya yang masih terlelap, dia tau istrinya sangat lelah karena ulahnya.
Tidur setelah subuh memang tidak dianjurkan, buktinya sepagi ini sudah ada yang harus mencari pundi-pundi rupiah hanya untuk sebatas makan sehari-hari, tapi pikir Reyhan saat ini membangun keharmonisan itu lebih penting. Karena selanjutnya mungkin akan lebih sulit jika dia sudah mulai bekerja. Berharap nanti masih dapat berbincang-bincang hangat dengan sang bidadari, walau hanya sekedar penghantar tidur.
"Silakan di tanda tangani, bukti penerimaannya pak!" Ujar kurir penghantar paket sambil memberikan catatan kecil khusus kepada Reyhan.
Setelah tugasnya selesai sang kurir langsung meminta izin untuk kembali menjalankan tugasnya mengantarkan berpuluh-puluh paket yang sangat dinanti dari kalangan anak kecil hingga ibu-ibu yang sukanya menunjukkan mata berbinar ketika melihat promo di lapak online shop.
Reyhan mengangkat kardus berukuran lumayan besar dan berat itu ke dalam rumahnya, melangkah menyelusuri tangga untuk memberikan kejutan terhadap sang istri yang tak pernah menuntutnya untuk dibelikan apa pun.
Hanya barang ini yang sangat diperlukan sang istri, walaupun sang istri tidak pernah memaksanya. kata Dinda dia ingin belajar bisnis untuk mengisi kekosongan waktunya nanti.
Dengan berat hati dia harus ikhlas, meninggalkan cita-cita sedari kecil untuk dapat menjadi seorang guru, ketika keputusan sudah bulat untuk tidak melanjutkan kuliah, dikarenakan Dia tidak memungkinkan dengan kondisi ingatannya yang belum membaik, belum lagi dirinya sedang berbadan dua. Biarlah dia akan tetap menjadi seorang guru terbaik untuk anak-anaknya kelak.
"Sayang?" Reyhan mencari keberadaan Dinda yang sudah tidak ada dibalik selimut. Ke mana dia? Tanyanya.
Dibalik pintu kamar mandi terdengar suara kucuran air dari wastafel "oh, mungkin sedang mandi.. sudahlah nanti saja di bukanya, kita tunggu yang punya selesai mandi."
"Huwoek! Huwoek!" Mendengar suara sang istri yang sepertinya sedang lemah, tanpa aba-aba Reyhan langsung membuka hendel pintu, seketika melihat sang istri yang sedamg berusaha payah mengeluarkan isi perutnya belum terisi apa-apa.
"Jangan dipaksa sayang, nanti perut kamu sakit!" Kata reyhan tegas tapi penuh kasih sayang.
"Mual banget Mas ... Kepala Dinda rasanya pening sekali," keluh Dinda. Kemudian tubuhnya yang hampir jatuh namun segera ditangkap oleh kedua tangan kekar milik Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir Adinda (END) ✓
RomanceTELAH TERBIT!! Novel Fiksi Romantis-spiritual ⚠️JANGAN BACA KALAU HANYA MEMBUATMU LALAI!! Al-Qur'an sebaik-baiknya bacaan 🙏 Tiba-tiba dijemput pria asing dan mengaku sebagai mahramnya? Siapa dia? "Tentang keikhlasan, kesabaran dan pengorbanan" seor...