S2. - 42. Tepati Janjimu!

865 93 4
                                    

Jangan lupa pencet tombol bintang 🌟 sebelum baca😚

🕊️🕊️🕊️

"Sakit Din.. hiks.. sakit auww!!" Sarah terus saja mengeluh sakit dia mencekam tangan Dinda berupaya menahan rasa sakitnya.

Pantas saja karena proses melahirkan adalah proses perjuangan hidup dan mati. Betapa tidak, saat proses melahirkan, sakitnya seperti 20 tulang patah bersamaan.  Melahirkan adalah ujung dari proses penantian yang panjang selama kehamilan. Badan manusia yang hanya mampu menanggung rasa sakit hingga 45 Del. Tetapi selama bersalin ibu akan mengalami hingga 57 Del, sama dengan rasa sakit akibat 20 tulang yang patah bersamaan.

Dinda yang masih setia di samping Sarah hanya dapat mengelus punggung Sarah dan mengelap keringat dingin Sarah yang mulai keluar dari keningnya, ujung jemari Sarah mulai dingin dia terus beristigfar bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dinda menjadi cemas Jika Sarah hanya mengandung satu bayi dalam kandungannya dan rasa sakit seperti ini bagaimana dengan dirinya? Bahkan di saat usia kehamilan memasuki lima bulan saja tubuhnya saja sudah mulai membengkak.

"Mas! cepat kasihan Mbak Sarah!" Gesa Dinda ke arah Reyhan, yang masih fokus mengendara dengan kecepatan tinggi, belum lagi hatinya ikut berdesir karena sahabat kecilnya mengalami kesakitan. Ini baru seorang sahabat kecil bagaimana jika sang istri berada diposisi itu?

"Iya sayang.. ini mas sudah meninggikan kecepatannya." Balas Reyhan.

"Din.. tenang ya.. mbak gak papa.. hhaaahuuu.." Sarah berupaya tenang, napasnya sudah tidak beraturan, Dinda yang terus memandu Sarah untuk sabar dan beristigfar, nyatanya dirinya juga kalah paniknya.

"Dinda ... mbak mohon ... kalau nanti mbak tidak sadarkan diri .. hah.. tolong titip Daffa ya Din. Dan.. haahhuu.. mbak-- minta.. maaf... Sama kamu.." suaranya terdengar berat dan badannya ambruk dibahu Dinda. Membuat Dinda semakin panik.

"Mbak! mbak Sarah! Mbak Sarah bangun mbak! Mas mbak Sarah pingsan!" Panik Dinda, sambil berusaha membangunkan Sarah, bagaimanapun Dinda tau cita-cita Sarah adalah dapat melahirkan secara normal. Sampai Sarah rela menunggu hingga selama ini demi dapat melahirkan secara normal.

Tibalah mereka di rumah sakit biasa Sarah menjadi perantara Allah untuk menyelamatkan nyawa banyak orang. Tapi hari ini Sarah lah yang harus mempertaruhkan nyawanya.

"Kita harus cepat melakukan operasi Caesar kepada dokter Sarah, karena air ketuban bayi yang di dalamnya sudah hampir habis sepertinya tertelan oleh bayi." Pemaparan dokter sukses membuat pasangan itu terkejut

"Bapak suaminya kan? Cepat berikan keputusan Pak!" Tegas dokter kepada Reyhan.

"Lakukanlah yang terbaik dok!" Lantang Reyhan.

"Ayo Pak ikut masuk ke dalam! Ibunya tunggu di sini dulunya biar bapaknya saja yang masuk!"

"Tapi saya bu--" tidak ada waktu Reyhan menjelaskan bahwa dia bukan suaminya.

"Ayo Pak cepat!"

Dinda tersenyum dan sedikit menganggukkan kepalanya pertanda dia mengizinkan, dia tak boleh egois karena nyawa Sarah dan bayinya jauh lebih penting. Saat itu juga Reyhan masuk ke ruang bersalin dan pintu pun langsung tertutup rapat. Menyisakan wanita hamil ini sendirian dibangku panjang di koridor rumah sakit. Dia membaca lantunan zikir, ayat suci Al-Quran dan memohon kepada Allah untuk keselamatan Sarah. Aturan napas Dinda juga tidak teratur, belum lagi cadar yang dia kenakan membuatnya sedikit kesulitan menghirup oksigen bebas.

Tak lama kedua orang tuanya Sarah datang dengan tergesar, lalu menanyakan keadaan putrinya,  Dinda pun menjelaskan detail kejadiannya.

45 menit kemudian belum juga ada suara tangisan bayi, membuat semua orang yang berada di koridor merasa sangat cemas, terlebih Dinda yang teringat pesan Sarah. Dinda sudah bukan lagi orang yang mudah mengingat pesan tapi pesan dari Sarah begitu sangat melekat di ingatannya.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang