S1. - 24. Cobaan Bersama

1.3K 164 24
                                    

Jangan lupa pencet tombol bintangnya 🌟 yuk sebelum baca.

...

Reyhan POV.

Perlahan saya mulai membuka mata, terasa seperti cahaya masuk tepat tertangkap di pupil mata saya, saya memandangi sekeliling, hanyalah ruangan asing, berbau obat-obatan.

Hanya satu hal, seseorang yang sangat ingin saya cari keberadaannya.

“Adinda?! Kamu di mana?”

Saya ingat betul apa yang baru saja terjadi, dengan kuatnya saya membanting setir pengemudi ketika berupaya menghindari tabrakan truk besar yang tampak oleng tanpa kendali,

Ketika suara klakson truk beradu dengan benturan keras ke arahnya mobil kami yang menabrak sebuah pohon besar ditambah dengan gemuruh petir di langit yang semakin membuat suasana menjadi sangat genting.

Saya hanya mampu melantunkan zikir dan syukur kepada Sang Pencipta ketika airbag langsung mengembang tepat di depan saya dan Tuhan masih memperkenankan  saya untuk membuka mata walau pantangan yang saya lihat hanyalah asap hitam tebal dari segala arah,

Namun ketika saya melihat ke arah samping -istri saya, Adinda- saya dapat jelas melihat darah sudah bercucuran dari keningnya meresap hingga ke cadar hijau lumut yang dia kenakan, rasanya saya sangat ingin memeluknya dan membawa dia pergi dari sini.

“Din.. bangun Din..” pinta saya yang berusaha mengguncang tubuhnya.

“Din.. ayo kita keluar dari sini Din..” pinta saya yang masih mengguncang tubuhnya. Namun apa daya kaki saya terjepit sesuatu yang membuat saya sulit untuk bangkit.

auww kaki saya!”

Pikiran saya semakin menggila ketika melihat Dinda menutup matanya, dan tidak sadar diri.

“Dinda.. Din.. sadar din!! Adinda!! Adinda!! Bangun Adinda!!”

“Argh!!” Saya melepas paksa kaki saya, merasakan ada kaca membeset kaki saya. Saya tak peduli tentang keselamatan saya sekarang yang terpenting keselamatan adinda, istri saya.

Saya membopongnya keluar sebelum mobil benar-benar meledakkan segala isinya. Benar saja beberapa menit setelahnya suara ledakan dan percikan api muncul dari mobil.

Hujan tampak lebih deras dari sebelumnya saya berteriak meminta pertolongan, saya terus berharap ada keajaiban sang Maha Kuasa.

Tak berselang lama warga-warga langsung membawa kami menuju rumah sakit terdekat, ya rumah sakit yang beberapa jam lalu baru saja kami kunjungi siapa sangka malah kami yang serang harus menginap di sini.

Saya tak ingat apa yang terjadi setelah itu, pandangan saya ikut memudar dunia ini terasa berputar lebih cepat dari biasanya. Dan setelah itu hanyalah pemandangan hitam.

“Sabar dulu ya Pak, bapak belum boleh banyak bergerak, kaki bapak masih terluka baru saja selesai dijahit jahitannya masih belum,” ucap seorang suster.

“Tapi saya ingin bertemu istri saya Sus. Gimana keadaannya sekarang?” Desak saya memaksa untuk bangun.

“Tapi pesan dokter, Kita harus tunggu sampai infus bapak habis dulu, bapak belum boleh banyak bergerak!” ujarnya.

“Tapi saya ingin bertemu dengan istri saya Sus!” pinta saya, sambil memohon.

“Mungkin besok pagi bapak baru boleh pergi. Sementara Istri bapak masih dalam masa kritis,” jelasnya.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang