S2. - 34. Kembali

1.1K 106 0
                                    

Di perjalanan Reyhan sesekali melihat ke arah istrinya yang sedang tertidur pulas bersandar dengan penyandar kursi, perlahan Reyhan memundurkan kursi yang diduduki Dinda, sesekali Dinda menggeliat tertanda dirinya benar-benar tertidur pulas, padahal jarak pantai ke rumah mereka hanya membutuhkan waktu tempuh kurang dari sejam tapi mungkin karena sehabis menangis membuat Dinda benar-benar terlihat sangat nyenyak sekali.

Reyhan terus mengusap lembut kepala Dinda dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya masih sibuk mengemudi, dia masih saja  bertanya-tanya dalam hatinya kenapa Dinda akhir-akhir ini sering lupa?

Waktu itu Dinda hanya berdiri di depan pintu kulkas tanpa melakukan atau mengambil apa pun dari dalam sana, selanjutnya Dinda pernah berdiam dikamar mandi dengan durasi yang tak wajar, terakhir sebelum ke pantai dia lupa meletakkan handphone nya yang ternyata masih tergeletak di samping tungku kompor entah apa yang akan terjadi jika Reyhan tidak menyadari lebih awal sebelum Dinda benar-benar menyalakan api yang bisa saja mengenai ponsel barunya itu.

Awal-awal mungkin Reyhan merasa itu hanyalah kebetulan dan kecerobohan sang istri, tapi setelah kejadian hari ini ada rasa kekhawatiran yang berlebih melihat daya ingat istrinya yang seakan semakin berkurang.

Padahal sebelumnya yang dia tahu Dinda adalah murid pintar lagi cerdas terutama dalam segi akademik, tapi ada apa dengan Dinda yang sekarang?

Mobil mereka telah tiba di depan rumah sementaranya itu, namun sang istri masih saja berselancar dalam mimpinya, karena rasa tak tega Reyhan pun membopong tubuh Dinda hingga menuju kamar utama,

Setibanya tak ingin membangunkan sang istri Reyhan langsung meletakkan tubuh Dinda dengan sangat hati-hati. Perlahan dia membuka sehelai kain yang sedari tadi menutupi keindahan bidadarinya, namun di sana Reyhan tak menemukan wajah bahagia seperti biasanya, terpampang jelas kesedihan dari wajah cantik itu. Tentu saja membuat kening Reyhan berkerut, tak lama setetes air mata jatuh mengenai tangan Reyhan yang sedang membangunkannya.

"Din.. Dinda.. bangun sayang.. sudah sampai.." ujar Reyhan sambil mengelus-elus pipi Dinda.

Sebentar sangat tidak tega tapi dia yakin sang istri sedang terjebak mimpi buruk didalam sana, mungkin tadi Dinda saking lelahnya sampai lupa membaca doa.

Reyhan pun menghapus air mata itu dan terus berusaha membangunkan Dinda, tangan kekar Reyhan sudah sedikit mengguncangkan tubuh kecil Dinda agar dia tersadar. Hingga,

"Gue BENCI!!" teriakan Dinda mampu membuat Reyhan tersedak tak disangka istri yang dia kenal penuh dengan kelembutan berhasil mengeluarkan satu kata yang membuat nya tak habis pikir.

Kedua matanya terbuka dengan cepat  napas tak karuan menggebu-gebu juga linangan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya ...

"Astagfirullah Al-Azim Din, bangun sayang, Din, Dinda!" Ucap Reyhan yang masih belum yakin kalau yang berteriak tadi adalah istrinya, Reyhan terusan saja menepuk-nepuk pipi dinda agar istrinya itu kembali sadar dari mimpi buruk itu yang terus berteriak teriak benci!

Perlahan mata Dinda mulai terlihat sedu kembali dan napasnya kembali normal,

"Mas?" Lirihnya, merasa sang istri telah kembali sadar Reyhan langsung membawa tubuh itu dalam dekapannya. Sambil menciumi pusat kepala sang istri yang masih terbalut Khimar merah muda.

"Kamu habis mimpi buruk ya?" Tanya  Reyhan dengan penuh kelembutan.

"Kita sudah di rumah Mas?" Dinda balik bertanya dia baru menyadari di mana sekarang.

"Iya tadi kamu nyenyak sekali jadi mas tidak tega membangunkanmu"

"Apa orang yang tadi menolongku, Farhan? Astagfirullah Al-Azim Farhan Haikal Ramadhan. Itu dia, ya Allah pantas mukanya tidak asing, kenapa kenangan itu kembali lagi?" Batin Dinda yang teringat akan mimpinya.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang