S1. - 17. Seperti Berbagi Suami

1.8K 175 19
                                    

Tulis komentar mu yuk😍 Jangan lupa pencet tombol bintang 🌟 nya juga 🤗

🕊️🕊️🕊️

"Allah menakdirkan 2 orang hamba bersama itu karena 3 hal,
sebagai cerminan, sebagai pelengkap dan sebagai cobaan"

From GARIS TAKDIR
by @dzikrasiah

🕊️🕊️🕊️

Sudah sebulan semenjak kecelakaan yang dialami Mbak Sarah, semenjak itu Mbak Sarah sering melakukan terapi untuk memulihkan ingatannya.

Aku mengetahui semua itu dari Mas Reyhan. Sebelumnya Mas Reyhan meminta izin kepadaku agar dia boleh menjaga Mbak Sarah. Aku tidak punya pilihan apalagi menolak, membuatku mengizinkannya. Bukankah kata Bu Liza pasangan itu harus saling percaya? Dan aku sangat percaya dengan suamiku, dan berharap dia dapat menepati janjinya. Yaitu akan kembali kesisiku.

Walau beberapa Minggu kemarin aku tak sempat meneleponnya karena entah aku yang sibuk dengan persiapan ujian nasional atau Mas Reyhan yang sibuk dengan setumpuk skripsi akhirnya. Aku berharap kali ini aku bisa melampiaskan rinduku walau hanya lewat saluran telepon ini.

“Assalamualaikum,” sapaku memulai sambungan telepon dengan salam, langsung dijawab tapi bukan suara suamiku, melainkan suara perempuan.

“Waalaikumsalam, Dinda ya?”

Sepertinya ini suaranya Mbak Sarah kali ya, itu artinya Mas Reyhan masih menemaninya hingga saat ini, aku berusaha menepis prasangka buruk yang ada di otakku.

“Oh, ini Mbak Sarah, ya? Mbak Sarah masih di rumah sakit?” tanyaku.

“Iya. Masih Din, HP-nya Haikal ketinggalan, dia lagi keluar sama Salman.”

“Iya enggak papa Mbak,

Hening..

“Gimana keadaan Mbak sama kandungan Mbak sehat?”

Aku memulai pembicaraan agar tidak terlalu canggung.

“Alhamdulillah, walau emang akhir-akhir ini kakak mengalami morning sickness yang cukup parah sih Din.”

“Innalilahi, insya Allah enggak akan kenapa-kenapa Mbak, yang sabar ya mbak!

Katanya kalau kita mengalami morning sickness kehamilannya memiliki risiko lebih kecil untuk mengalami keguguran.

Dan kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang lebih sehat dan lebih cerdas ketika mereka tumbuh besar.

Terus anak itu bisa jadi akan memiliki nilai yang lebih baik dalam tes IQ dan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam kemampuan berhitung dan verbalnya Mbak.” Aku menjelaskan apa yang telah aku pelajari di internet, karena aku memang menyukai artikel kesehatan lewat internet.

“Masya Allah kamu paham sampai ke sana-sana, padahal kamu belum pernah ngerasain.” Puji mbak Sarah kepadaku.

“Haha.. sedikit Mbak, hanya aku suka baca artikelnya aja.”

“Iya-iya hitung-hitung persiapan, kan?” Sindirnya yang aku aminkan.

“Dinda yakin Mbak Sarah itu wanita yang kuat dan hebat, insya Allah Mbak mampu melewati semua ini.”

“Amin, makasih ya Din. Kamu juga wanita hebat. Kamu hebat bisa menaklukkan hatinya Haikal.”

“Kenapa jadi ke sana?” gumamku.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang