S1.- 21. Ustadz Misterius

1.5K 170 19
                                    

jangan lupa pencet tombol bintangnya 🌟 yuk sebelum baca ❤️🌸

Seminggu kemudian, setelah melakukan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer). Jika di sekolah lain akan membuat pesta coret-coretan dan murid-murid diberi kebebasan setelah melakukan ujian. Berbeda cerita untuk pondok pesantren, ya ... Minggu kemarin aku dan teman-temanku telah melaksanakan ujian sekolah, tapi ada yang tidak ada namanya kebebasan setelah ujian, yang namanya santri ya masih santri tetap harus terus menuntut ilmu tidak ada istilah libur.

Mungkin itu slogan pesantrenku, tidak ada istilah libur walaupun dikalender ada 5 tanggal merah, namun di sini tidak ada istilah satu pun tanggal merah, Sampai hari Ahad pun pasti masih ada kegiatan, walau sekarang walau kita sudah kelas 12 kita meminta agar segala kegiatan diforsir untuk kita, karena ancang-ancang untuk ulangan -katanya-

Sudahlah saat ini hari tanggal 6 Mei harusnya dua hari lagi aku akan melaksanakan acara pernikahan ulang secara resmi negara tepat di usiaku yang ke-18, kata ayah semua persyaratan telah di urus, namun sampai saat ini, batang hidung suamiku masih belum terlihat, dan lagi kenapa hari ini rasanya aku sangat tidak bersemangat

"Din, aku mau curhat deh.." ujar Silla yang tiba-tiba duduk disampingku yang sedang fokus menulis.

Sejenak, aku menutup bukuku, dan bertanya, "Tumben kamu, ada apa?"

"Ini tentang si.. em.. si.. a--zam.." ucap Silla terbata-bata.

"Kalau ngomong tuh yang jelas Sil, siapa?" tanyaku dengan penegasan.

"Stt.. nanti kedengaran yang lain! Azam kemarin telepon aku.." lirih Silla.

"Kok bisa?!" seruku lantang saking terkejutnya.

"Stt..bih dibilang jangan keras-keras!"

"Iya deh ... iya, terus. Lewat apa?"

"Kan kemarin ibu aku kesini, pas aku buka ada nomor panggilan asing masuk, pas aku angkat, ternyata si Azam." Dan begitulah kehidupan di pesantren tidak semuanya berjalan dengan mulus dan baik-baik saja.

"Katanya enggak mau berhubungan lagi?!" sindirku, dengan mata yang sedikit mengintimidasi.

"Sulit Din! Dianya yang selalu mulai, aku udah sebisa mungkin menjauh sampai beberapa kali ganti nomorkan? Tapi dia tetep aja dapet!"

"Aku ngejauh bukan berarti aku udah gak sayang, justru karena aku udah sadar kalau ini itu salah, tapi dia.”

Aku udah berusaha kalau aku mau semua ini berakhir, aku cuman takut jadi penghambat hapalannya." Kabar yang kudengar bulan lalu dia sudah menyelesaikan hafalannya, bagaimana caranya aku bisa tahu? Percayalah, sinyal berita di kalangan santriwati itu lebih cepat dari jaringan tercepat, padahal tanpa alat komunikasi.

"Ini mungkin ujian buat kalian sil dari Allah, Allah sedang menguji keimanan kalian. Sikap kamu udah benar kok, emang dia ngajak pacaran lagi?"

"Dia enggak pernah ngajak pacaran kok selama ini, kita cuman temen doang ... beneran deh!" kata Silla sambil merenggangkan ke dua jari telunjuk dan tengahnya.

"Temenan doank, tapi chat-an mesra-mesraan! Sayang- sayangan! Itu mah sama aja sil!”

"Tapi akhir akhir ini kita udah berusaha ngejauh.."

"Yang sabar, banyak berdoa, kalau jodoh mah enggak ke mana Sil."

"Iya aku udah bilang gitu kedia, eh dia malah ngediemin aku disegala sosmed, Biasanya dia yang paling respek. Tapi sekarang.."

"Udah jangan sedih, itu artinya dia juga udah mulai sadar, yang terpenting sekarang kita mempersiapkan diri kita menjadi lebih baik dan insya Allah jodoh kita pasti juga sedang mempersiapkan dirinya untuk menjadi yang lebih baik."

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang