S2 - 29. Akankah Terus Seperti Ini?

1.2K 122 6
                                    

Seminggu kemudian..

“Alhamdulillah.. akhirnya selesai juga.. akh.. beresin koper capek juga,” keluh Dinda sambil meluruskan kedua tangannya ke atas, tangannya sudah lelah karena membereskan koper yang telah diisi oleh barang mereka berdua. Tapi di pertengahan Reyhan izin keluar kamar, karena menjawab panggilannya dari seseorang yang tidak Dinda ketahui.

Ketika mendapati tidak ada suami di sekitarnya, dia bergegas ke balkon kamar. Dan benar saja sang suami sedang fokus pada benda pipih di bawah langit hitam penuh bintang.

“Mas? Sedang apa?” tanya Dinda tanpa ada jawaban dari lawan bicarany.

“Tidur yuk Mas, aku udah ngantuk,” ajak Dinda dengan suara khas orang kantuk sambil menyandarkan kepalanya di pundak sang suami.

“Mas.. Mas Rey.. hey..” Dinda pun sedikit mengguncangkan tubuh sang suami, yang membuat suaminya tersadar dan menatap ke arahnya, “Eh iya Din, kenapa?”

“Hm, Mas lagi apa sih fokus banget sampai lupa sama istrinya!” ujar Dinda sambil memanyunkan bibirnya.

“Bukan begitu sayang, Mas masih ada keperluan. Sebentar lagi ya!” Reyhan langsung meletakkan ponselnya dan menatap lekat wajah sang istri yang masih ditekuk, karena dihiraukan.

“Besok lagi saja Mas, Sekarang waktunya istirahat, ayo kita tidur.” Dinda terus saja membujuk suaminya, dan terus merengek-rengek agar ditemani tidur.

“Iya-iya ayo sayang.”

“Tapi boleh ya minta ngendong, ngantuk banget soalnya,” kali ini suara Dinda lebih mirip anak kecil yang merengek dibelikan permen sambil memegang lengan suaminya dengan mata yang sudah berbinar.

“Ayo!” Tanpa aba-aba Reyhan langsung menggendong Dinda ala bridal style.

“Astagfirullah Al-Azim mas..!” dia tak menyangka suaminya akan benar-benar menggendongnya. Dia yang terkejut hanya dapat menyembunyikan wajahnya di dada bidang Reyhan sambil mendekap erat tubuh sang suami karena takut jatuh.

Reyhan pun membaringkan Dinda dengan sangat lembut di sisi kasur. Disusul dengan dia yang menaiki kasur, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Dinda yang sudah mulai memerah. Kemudian mencium kening istrinya itu. Dan berbisik “Selamat tidur bidadariku.”

Sementara Dinda hanya mematung dia masih terkejut melihat tingkah suaminya dia pikir suaminya akan meminta haknya malam ini, syukurlah sejujurnya dia belum siap untuk itu, masih terbayang apa yang dia tahu dulu, yang berlandaskan kata orang.

“I--iya selamat tidur juga pangeran, terima kasih banyak,” ucapnya semringah dia sangat bahagia karena telah diperlakukan istimewa oleh Reyhan, “assalamualaikum.” sambungnya dan kali ini dia memberanikan diri mencium pipi Reyhan yang telah berbaring di sampingnya. Dan langsung berbalik arah memeluk guling membelakangi sang suami.

Reyhan pun sama dia tampak terkejut melihat tingkah laku istrinya yang sangat mengemaskan menurutnya. Dia langsung memeluk Dinda dari belakang “Waalaikumsalam, sayang. Sama-sama, jangan lupa mimpiin saya ya.”

Sekarang jantungnya berdetak sangat kencang, ini bukan kali pertama dia mendapatkan perilaku romantis dari sang suami tapi rasanya masih sama deg-degan. Mulai sekarang dia harus mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini. Karena ini akan menjadi rutinitas mereka.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang